detik ini aku berkhayal tentang suatu kehidupan yang aku ciptakan bersama pikiran ku yang membawa ku kepada suatu kedamaian yang tak dapat aku jelaskan, begitulah rahasia terpendam yang tak tahu darimana ia muncul di dalam pikiranku.
dunia saat ini memang tak terjamah akal, alam pun sudah sinis menanggap kemajuan serta tak alami lagi untuk kehidupan mahluk yang tinggal. mau kemana lagikah manusia mencari tempat untuk tinggalnya yang harmonis. berlomba - lombalah manusia abad ku kini untuk bisa menemukan tempat yang bisa menggantikan bumi yang telah lama memberi segala fasilitas di dalamnya kepada manusia, sampai tak tertahankan segala macam bencana sebagai peringatan terhadap manusia bahwa bumi ku ini, bumi kita ini tidak sedang baik - baik saja.
perlu adanya pendyaran diri terhadap kemajuan kita berfikir selama ini, bahwa akar kemajuan kita bukanlah tentang penyelamatan kehidupan termasuk penyelamatan spesies kita yang hidup dan tinggal di bumi.,tempat kita belajar, tempat kita berevolusi diatasnya sehingga darinya lah bahan - bahan kemajuan itu kita dapatkan.
tetapi di lain pihak kita menanggap bumi cocok lah menjadi tempat untuk kita ekspoitir habis- habisan, bahwa bumi memang tempat manusia mengotak - atik nya sesuai keinginan dan kepentingan manusia. kalau sewaktu - waktu bumi menggugat kita yang tinggal, dengan segala macam bahasa isyarat yang jelas melalui pembahasaan alam. kita anggap itu hanyalah bencana dari pihak yang terkena.
bukan kah bahasa alam itu dari dulu adalah bahasa yang holistik, universal, kausalitas, bahasa yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dari belahan bumi bagian utara, selatan, timur, dan juga barat bahwa ada faktor kitalah disitu yang membuat alam merespon dari setiap perilaku kita selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H