Dengan wajah memerah, nafas yang tersengal - sengal seperti seseorang yang akan meledak, burnok hari ini tidak seperti biasa. sosok yang sebelum - sebelumnya penuh dengan canda dan tawa kini terhanyut dalam emosi di siang hari yang terik ini.
BORNOK : MEMANG KEPARAT, MUKA TEMBOK, MUNAFIK, BUNGLON, PENJILAT!!!
dengan raut wajah yang sangar dia meracau ke sekililing ruangan yang dipenuhi oleh asap rokok.
Aku dan roki heran terdiam dan membebaskan ruangan terhadap emosi kawan kami yang meledak - ledak, suara parah dengan rintihan kekesalan yang menggaung - gaung dari pikiran yang gelap. kami kini diam seribu bahasa menyaksikan penderitaan teman kami yang di merasa tak dihargai kerja kerasnya oleh bosnya. sedangkan teman - temannya yang ia anggap seperti sahabatnya itu kini satu persatu memojokkanya seakan ia adalah orang yang pantas untuk di salah - salahkan. ia tahu teman - temannya ini terpaksa melakukan begitu agar demi jabatan dan praktisnya untuk mencari muka di depan bos mereka itu.
ROKI : "kau baru tahu y nok, hari ini hampir sulit menemukan teman yang bisa di percaya, apalagi di tempat kerja kita hari ini, bagi mereka kawan adalah siapapun yang bisa menguntungkan mereka demi tujuan - tujuan dan kepentingan mereka sendiri, entah itu ingin posisi jabatan, atau ingin mengambil keuntungan darimu. "tak ada makan siang gratis, nok" ketus roki menganggapi kemarahan bornok."
BORNOK : "ARGHHHH.... KADAALL MEREKA ITUU!!! demi nafsu jabatan yang rendah itu mereka jual kejujuran, mereka gadai pertemanan, mereka lacurkan harga diri mereka, kini kawan yang ku percaya tiba - tiba menikam ku dari belakang. MUNAFIKKK!!! di depanku saja merasa manis, sok - sok peduli, ternyata BULSHITTT SEMUAA!!! lebih rendah mereka dari pada seekor BINATANG!!!"
Amukan semakin memuncak menuju klimaks, dengan mata yang memerah seperti banteng laga yang siap diadu.
Aku masih saja diam seribu diam, menunggu sampai suasana hening, sudah satu jama aku serap kata - kata bornok yang seperti lahar gunung yang memendar ke langit - langit ruangan panas, pengap, hitam.
Loncat, aku kini berdiri tepat di depanya terbawa emosi, siap dengan tudingan yang kususun, sorot mataku dalam merengkuh kedalaman jiwanya yang gelap "LALU KAU MAU APA, NOK!" ketusku "kau mau musnahkan mereka atau apa, seharusnya kau tahu, kau terlalu menilai semua yang kau temui itu adalah malaikat, kau harusnya belajar, kau harusnya dari dulu sadar, ternyata di dunia ini ADA HEWAN YANG BERSIFAT MANUSIA, TETAPI JUGA ADA HEWAN YANG BERWAJAH MANUSIA, KAU HARUS SIAP DENGAN SEMUA ITU." tudingku tajam
Kini bornok terplongo seakan amarah yang hampir meledak tadi, berubah kempis mengapem seketika, kini kalimatku sedang mengkudeta khayalnya