Saat ini, zaman yang menuntut pencapaian produktifitas dan pengkerdilan nalar, yang menjaring manusia - manusia yang akan bisa diajak bekerja sama dengan sebuah tujuan dan cita-cita yang buta nilai dan abstrak, yang dipaksa mengikuti alur ke arah yang tak menentu.
Pada saat engkau lahir ke dunia yang menjadi perjalanan dinasmu di dunia menuju kepada yang ilah sekarang tergantikan oleh manifestasi - manifestasi yang fiktif, nilai - nilai yang sudah menjadi akumulasi angka - angka, serta hegemoni - hegemoni yang menggantikan rahmat dan kasih sayang tuhan kepada manusia. Peradaban makin terombang ambing di tengah sekularisme dan materialisme yang extream. menggrogoti naluri serta sifat alami akan makna hidup yang sebenarnya. Oleh karena itu setiap langkah manusia harus selalu kita pertanyakan kemana dan untuk apa.
Kita hidup di zaman dimana ilmu pengetahuan menjadi alat individual materialis. Bukankah ilmu dan pengetahuan adalah suatu jalan untuk mengenal dunia dan alam semesta tempat kita tinggal dan juga untuk mengolah rahmat yang telah diberikan kepada kita, sehingga dengan ilmu yang diberikan tuhan kepada manusia itu sendiri yang dikhususkannya daripada mahluk-mahluk yang lain agar manusia mengambil tanggung jawab kekhalifahannya di muka bumi.
Gambaran dari manusia adalah perpaduan cahaya dan api.
Jika api lah yang ia kendarai maka jadilah manusia itu akan melahap apa yang ada disekelilingnya demi membesarkan baranya sendiri untuk saling melahap yang lain. Maka konkretlah tujuan manusia akan segera menuju masa kegelapan yang akhirnya hanya penyesatan dan kesia-sian.
Jika manusia mengendarai cahaya maka setiap manusia akan saling memeberikan penerangannya bagi mahluk-mahluk lain yang ada disekelilingnya. dimana cahaya adalah simbol dari kesejatian, ia adalah milik sang khalik yang denganya mengisi ruang - ruang kegelapan dan kebutaan dari yang fana menuju yang keabadian, dari kebingungan menjadi iman, dari kesombongan menjadi kerendahan hati, dan dari kebutaan nilai-nilai menjadi pencerahan hidup.
Maka dalam keadaan apapun, gunakanlah cahaya dalam diri mu untuk menjadi kendaraan hidupmu, cahaya adalah hakikat, engkau akan menemukannya di dalam cakrawala hatimu dan di luar langit duniamu. Setiap hidup mu akan memberikan irama cinta kepada sang maha tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H