Lihat ke Halaman Asli

Budaya dan Inflasi Diukur dengan Uang Saku Anak SMP

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pagi ini, Rabu 10 Pebruari, di pertigaan Genuk Semarang, kami sedang menunggu teman nglaju ke Kudus. Ada yang menarik perhatian kami di pagi ini. Seorang bapak mengantar anaknya di pertigaan Genuk untuk naik angkot ke sekolah. Dia memberikan uang saku Rp 5.000,00 sebelum naik angkot. Besarnya uang saku sekolah yang menjadi topik pembicaraan. “Dulu waktu aku masih SMP, uang saku Rp 200,00. Sekarang anak SMP uang saku Rp 5.000,00” kata temanku membuka obrolan pagi ini. “Ya memang sekarang ongkos ankot sudah Rp 1.000,00, PP (pulang-pergi) Rp 2.000,00 sisanya untuk beli jajan di sekolah.”kataku. “Kita dulu ke sekolah naik sepeda, tidak ada ongkos transportasi.” Singkat cerita, dari obrolan tersebut ada dua manfaat yang dapat kita ambil :
1. Inflasi diukur dari uang saku sekolah. Perubahan uang saku anak SMP dari Rp 200,00 ke Rp 5000,00 selama 25 tahun. Besarnya perubahan tersebut adalah 25 kali dalam 25 tahun. Kalau dihitung tahun 2035 uang saku anak SMP Rp 75.000,00.
2. Budaya anak SMP naik sepeda ke sekolah tahun 1985, tahun 2010 diganti naik angkot, tahun 2035 anak SMP ke sekolah naik apa yaa ….?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline