Lihat ke Halaman Asli

Wuamesu Bali: Menebar Kasih yang Tak Berkesudahan

Diperbarui: 7 Januari 2016   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SABTU, 09 Januari 2016 WUAMESU Bali akan menggelar upacara syukur Natal dan Tahun Baru Bersama bertajuk “INDAHNYA HIDUP RUKUN”. Peran kaum muda yang bergabung dalam Komunitas TUKESANI terlihat sangat menonjol dalam mempersiapkan hajatan ini.

Icha Aprilia, Mirna Nanggo, Alfred Gago, Fany Woda, Ricky Aconk Cs, saban waktu terus berjumpa dan mengeksekusi seluruh persiapan. Apa dan bagaimana kiprah WUAMESU Bali dari waktu ke waktu?

Ada dua prestasi menonjol yang telah ditorehkan Wuamesu Bali dalam pentas Flobamora Cup7 Bali 2015 yakni menjuarai turnamen Volley Putri, serta runner up Sepak Bola. Di sela-sela partai final sepak bola Flobamora Cup7 di GOR Ngurah Rai Bali, Bupati Ende Marcel Petu yang turut hadir kala itu menyatakan sukacitanya,

“Saya atas nama Pemerintah dan rakyat Kabupaten Ende mengucapkan banyak terima kasih atas kontribusi warga Wuamesu Ende Lio di Bali. Kita semua bangga dengan prestasi yang luar biasa ini ” Ungkap Bupati Marcel.

Terpisah, Ketum Wuamesu Bali, Marcel Paga mengakui jika keberhasilan tersebut berkat dukungan aktif pengurus, pemkab Ende, sesepuh, warga hingga simpatisan. “Sejak awal hanya ingin berperan aktif membangun persaudaraan. Hasil yang kami raih ini melampaui harapan. Wajar kami bergembira dan bersyukur” Ungkap Marcel Paga.

Paguyuban duka suka bagi warga Kabupaten Ende di Bali, pada mulanya bernama “Nua Sao Ria Tenda Bewa” sekitar tahun l970 an. Saat itu jumlah warga asal Ende Lio di Bali baru sekitar 20 KK diantaranya mendiang Paulus Napi dan Petrus Balle yang mulai berkumpul membentuk unit kecil.

Seiring bertambahnya jumlah warga, nama Nua Sao Ria Tenda Bewa diusulkan dirubah. Karena nama itu dianggap kurang familiar dan terkesan hanya untuk suku Lio kecamatan Wolowaru. Akhirnya pada tahun 1981 para sesepuh diantaranya Petrus Balle (alm), Hasan Aroeboesman (alm) juga Matheus Nato (alm) menyepakati mengganti nama menjadi “Wua Mesu ” yang artinya “Kasih tak Berkesudahan”.

Menurut mendiang Petrus Balle, salah satu pendiri Wuamesu Bali, paguyuban ini hadir pada awalnya untuk saling membantu sesama saudara yang tengah berduka. Sehingga lahirlah Nua Sao Ria Tenda Bewa, tanggal 02 Juni 1976.

Namun karena jumlah warga Ende Lio yang masih minim, juga sering berpindah tugasnya beberapa pegiat maka paguyuban ini tidak aktif berjalan. Lima tahun berselang, tepatnya tahun 1981, warga Ende Lio di Denpasar kembali membicarakan keberadaan mereka. Pada tahun ini, lahirlah Wuamesu Bali yang terus berlanjut hingga kini.

Sejatinya nama Wuamesu sendiri berasal dari warga Ende Lio di Jakarta. Nama ini juga menjadi penanda keberadaan warga Ende Lio di berbagai wilayah di tanah air seperti Jakarta, Surabaya, Malang (Jatim), Solo (Jateng), Yogyakarta, Semarang (Jateng), Bandung (Jabar), Makasar (Sulawesi), Banjarmasin (Kalsel), Kalteng, Kaltim hingga Batam ( Kepulauan Riau).

WUAMESU BALI DARI MASA KE MASA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline