Lihat ke Halaman Asli

Strukturasi dalam Film "Bumi Manusia"

Diperbarui: 26 November 2020   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film ini diadaptasi dari novel karya Pramodya Ananta Toe yang mengisahkan mengenai perjuangan mengangkat keadilan dari bangsa pribumi ketika dijajah oleh bangsa penjajsh serta menceritakan suatu kisah percintaan antara seorang pria pribumi bernama Minke dengan perempuan blasteran Indonesia-Belanda bernama Annalies. 

Film tersebut memperlihatkan dimana Minke merupakan anak pribumi yang pandai menulis maka dari itu ia bisa bersekolah di HBS yang sebenarnya sekolah ini dikhususkan bagi orang Eropa, Belanda dan elite pribumi(golongan ningrat), hal ini menyimbolkan sebuah struktuasi dalam konteks kelas sosial dan ras. 

Minke merasa bahwa nasib pribumi selalu tertindas dari bangsa penjajah, dengan itu ia tergerak untuk memperjuangkan nasib pribumi melalui karya tulisannya. Minke dekat dengan kehidupan bangsa kolonial dimana ia mendekati dan akhirnya menikahi seorang perempuan bernama Annalies tersebut, hal ini merupakan hubungan sosial dalam konteks jenis kelamin dan ras dimana terdapat jalinan hubungan satu sama lain antara 2 orang yang berasal dari pribumi dan kolonial. 

whatsapp-image-2019-08-23-at-23-33-15-6-5d6015890d82303885610ab2-5fbf3e5bd541df0cdd457772.jpeg

Ayah Annalies berasal dari Belanda dan Ibunya merupakan gundik  berasal dari Jawa. Disini nama Minke merupakan hinaan yang diberikan oleh bangsa kolonial yang berarti Monkey(monyet). Ayah Minke merupakan orang yang cukup terpandang karena baru saja menjadi bupati. Ayah Minke tidak suka Minke dekat dengan Ibu dari Annalies karena pada masa itu, gundik sama derajatnya dengan hewan peliharaan. 

Predikatnya sebagai istri simpanan membuat ibu Annalise(Nyai Ontosoroh) dikucilkan dan dianggap sebagai perempuan yang tidak terhormat serta tidak diperbolehkan mendapat hak asasi yang seharusnya didapat, dengan ini stuktuasi digambarkan adanya perbedaan kelas sosial di kala itu. Namun Minke berpandangan lain, ia tertarik dengan Nyai Ontosoroh karena beliau dianggap memiliki pandangan yang berbeda. 

Minke dan Nyai Ontosoroh sama-sama memperjuangkan keadilan di masa penjajahan kala itu, hal ini  merupakan strukturasi dimana terdapat hubungan sosial antara 2 orang dalam konteks kelas sosial.  

Kepandaian menulis Minke membuat ia berhasil mengangkat derajat dirinya sendiri sehingga membuat ia dihargai dan dihormati meskipun oleh  bangsa penjajah, ini merupakan sturkturasi dalam konteks ras di kala itu. Selain itu Nyai Ontosoroh yang terus berupaya bangkit dari hinaan dan cacian yang didapatkan. Kepintaran yang dimiliki oleh Nyai Ontosoroh menjadikan beliau menjadi guru yang hebat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline