Lihat ke Halaman Asli

Penggunaan Bahasa Jawa dalam Film "Kucumbu Tubuh Indahku"

Diperbarui: 19 Oktober 2020   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jogja.idntimes.com

Film menjadi salah satu bentuk dari media massa yang muncul pada akhir abad ke-19. Film awalnya dibuat dengan tujuan sebagai salah satu bentuk hiburan pada masa itu dan telah menjangkau semua kalangan masyarakat.

Film juga pada awalnya dibuat juga untuk tujuan propaganda, oleh karena itu film mengandung unsur komunikasi yang sangat besar karena memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada penonton. Produksi film kemudian berkembang sangat pesat dan telah banyak film-film yang beredar di masyarakat.

Salah satu film yang ramai diperbincangkan masyarakat khususnya di Indonesia adalah film berjudul Kucumbu Tubuh Indahku tahun 2018 yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Singkat cerita, film ini memiliki genre drama kehidupan sosial yang mengangkat isu tentang maskulin dan feminism atau bisa disebut juga LGBT.

Film ini bercerita tentang kisah perjalan seorang penari lengger lanang bernama Juno yang memiliki banyak trauma sejak masih kecil. Kehidupan Juno yang keras membuat dirinya melewati masa peleburan tubuh maskulin dan feminism yang terbentuk secara alami dari kehidupan desa dan keluarganya yang mengakibatkan dirinya memiliki rasa kepada sesama laki-laki.

Film ini banyak menuai kontroversi dan penolakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka berpendapat bahwa film ini dinilai terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan norma dan budaya Indonesia. Banyak dari mereka juga menilai jika film tidak layak untuk ditonton dan diputar di bioskop karena dapat merusak moral bangsa.

Kontroversi dan penolakan tersebut mengakibatkan penayangan film ini diberhentikan secara paksa oleh sebuah organisasi masyarakat serta pemerintahan daerah karena dinilai mempromosikan isu LGBT yang tidak sesuai dengan budaya mereka.

Banyak juga daerah-daerah di Indonesia yang benar-benar melarang penayangan film ini karena khawatir dapat menyebabkan dampak negatif pada masyarakat di daerah tersebut.

Meski banyak sekali penolakan dan respon negative, film ini justru mendapat banyak respon baik dan apresiasi di luar negeri. Film ini justru masuk nominasi Oscar dan telah banyak diputar pada festival pemutaran film di luar negeri.

Paradigma film ini yang membicarakan mengenai pengambilan sudut pandang terhadap suatu permasalahan sosial dalam masyarakat. Permasalahan tersebut merupakan isu yang sensitif yang ada dalam masyarakat Indonesia yaitu mengenai LGBT yang menjadi masalah pro dan kontra dalam masyarakat.

Pesan dalam film dibuat dalam bentuk audio-visual oleh serangkaian adegan dan cerita yang diperankan oleh pemain film yang terlibat, hal tersebut membuat film memiliki dua aspek penting dalam komunikasi yaitu teks dan bahasa.

Ferdinand de Saussure merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia komunikasi khususnya pada semiotika atau semiologi, Saussure berpendapat bahwa seseorang akan mampu mempresentasikan sesuatu berdasarkan pengalaman hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline