Lihat ke Halaman Asli

Orang Muda, Buruh Tani dan Petani

Diperbarui: 13 Januari 2019   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Gong kreasi orang muda dan deklarasi orang muda masuk kebun menjadi kunci semangat bagi kaum muda untuk terus mencintai peran petani. Moment itu menjadi tanda bagi orang muda sebagai petani untuk segera tanam dan terus tanam agar petani kita bisa sejahtera.

Sadar atau tidak sumber kehidupan kita ada di petani, olehnya jangan biarkan mereka melarat tetapi biarkan mereka menjadi buruh tani yang harus mendapat perhatian baik dari para pemerhati tani maupun Pemerintah Daerah.

Dengan demikian makna dari buruh tani dan petani bisa terjawab. Kalau kita lihat pengertiannya maka status buruh tani dan petani sungguh memiliki peran.

Secara harafiah buruh tani adalah seseorang yang bekerja di bidang pertanian dengan cara melakukan pengelolaan tanah yang bertujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya kepada orang lain.

Adapun buruh tani bekerja untuk lahan pertanian milik orang lain dengan upah dari sang tuan tanah dan Petani adalah pahlawan pangan. Kipra petani sebagai pahlawan telah tercatat dalam sejarah dunia bahkan di Indonesia.

Hal ini terbukti adanya slogan "Tetap cintai petani. Hargai jerih payah petani. Cintai pangan lokal. Cintai produk Indonesia". Slogan yang sering kita dengar. Apakah hanya sebatas slogan untuk membuat para petani senang? atau ada makna dari slogan ini. Yang bertanggungjawab atas slogan ini adalah kita bersama.

Orde Baru terkait erat  dengan kekuatan teori dan orde reformasi mengaplikasikan slogan tersebut, semuanya  telah dilewati. Agar penguasa orde baru tidak meraja lelah maka perlu adanya persatuan di antara para perani. Persatuan lain yang paling mungkin adalah antara buruh, tani, mahasiswa, dan kaum miskin di perkotaan. Mengapa? karena kelompok inilah yang paling merasakan dan menjadi korban dari segala kebijakan yang diambil oleh Sang Rezim.

Intinya, harus membuat garis penghubung yang jelas antara semangat, persatuan dan aksi yang mampu menjaga konsistensi perjuangan. Ir. Soekarno pernah berkata : Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 orang pemuda niscaya akan kugoncangkan dunia. Hal ini menjadi bukti bahwa orang muda adalah kekuatan bangsa.

Bicara orang muda, tidak terlepas dari pengangguran, kenakalan dan terpuruk adalah alkohol. Untuk menepis anggapan itu maka orang muda harus di beri ruang  untuk berkreasi baik di bidang pertanian maupun di bidang yang lainnya. Orang muda yang bergelut di bidang pertanian adalah pilihan bijak, karena petani menyiapkan kebutuhan hidup orang banyak. Kebutuhan hidup sangat bervariasi tapi kebutuhan pokok manusia adalah pangan yang dikelolah oleh buruh tani.

Buruh Petani hanyalah rakyat kecil yang setiap hari berkantor di sawah dan ladang tetapi mereka selalu mendapat imbas yang pahit dari sebuah kebijakan atau aturan pemerintah. Menjadi pertanyaan refleksi untuk kita, mengapa mereka harus menerima derita itu, sedangkan mereka tidak pernah ganggu ataupun berteriak tentang kehidupan kaum elit. Perenungan ini pastinya mendapat jawaban ketika kita berada bersama petani.

Banyak informasi yang diperoleh ketika kita duduk diskusi dengan petani di sawah atau ladang. Para petani muda Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang yang selalu berdiskusi dengan penulis,   mengatakan bahwa kami petani sering diperlakukan secara tidak adil akan hasil pertanian, misalnya harga jagung turun di pasaran.Tambahnya, sekarang pun hasil perkebunan juga turun, katakanlah kopra 1 kg terakhir dengan harga Rp. 4.000/kg, dan Rp. 1000/buah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline