Lihat ke Halaman Asli

Muhammad VitoValentino

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Kontribusi Dokter Hewan dalam Pendekatan One Health di Indonesia

Diperbarui: 16 Juni 2022   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The health of soil, plant, animal, and man is one and indivisible"

-Albert Howard

Sejak 2016, tanggal 3 November dirayakan sebagai one health day, sebuah kampanye global yang bertujuan untuk mempromosikan pendekatan one health dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi. Konsep one health mengedepankan pendekatan kolaboratif, multisektor, dan antar disiplin ilmu yang menggabungkan ilmu kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Konsep ini semakin populer belakangan ini ketika para ahli maupun masyarakat semakin menyadari bahwa ketiga sektor tersebut saling memengaruhi baik secara langsung maupun tidak.

Jika kita melihat potensi yang ada di Indonesia, pendekatan one health tentunya sangat diperlukan. Berdasarkan Data Kependudukan Semester II Tahun 2021 yang dirilis oleh Direktorat Jendral Dukcapil Kemendagri, penduduk Indonesia tercatat mencapai 273.879.750 jiwa. Jika kita bandingkan dengan data yang dimiliki WHO, Indonesia masih menempati posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini, ditambah dengan kebutuhan lahan pemukiman yang terus meningkat, tentunya mendorong terjadinya interaksi yang semakin intens antara manusia dengan lingkungan maupun hewan di sekitarnya.

Salah satu poros sentral dalam terwujudnya one health adalah profesi veteriner atau yang biasa dikenal dengan dokter hewan. Sebagai bidang profesi yang dibekali kemampuan dan wewenang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk hewan, dokter hewan juga berperan dalam kesehatan masyarakat veterinet (kesmavet). Kesmavet dapat diartikan sebagai  segala usaha komunitas yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan (veteriner) dalam rangka pencegahan penyakit, perlindungan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan manusia. Dokter hewan di Indonesia memiliki motto Manusya Mriga Satwa Sewaka, yang berarti mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan. Muncul sebuah pertanyaan, bagaimana seorang dokter hewan dapat menjamin kesehatan manusia?

Diantara topik yang selalu muncul dalam pembahasan one health adalah zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Diperkirakan sekitar 75% dari emerging infectious disease berasal dari hewan. Penyakit-penyakit ini mencakup ebola, HIV, serta influenza. Lebih lanjut, 80% agen penyakit yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai senjata biologis adalah patogen zoonosis. Banyak sekali hewan yang dapat menjadi vector atau perantara penularan zoonosis. Penularan zoonosis dapat terjadi secara langsung dari hewan ke manusia, atau secara tidak langsung seperti ketika hewan yang membawa patogen berinteraksi dengan bahan makanan yang kemudian dikonsumsi manusia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pertanian menetapkan 15 zoonosis prioritas, dengan 3 penyakit utama yang terdiri dari anthrax, avian influenza, dan rabies. Penyakit-penyakit ini digolongkan kedalam Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) karena berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi, meresahkan masyarakat, serta menimbulkan kematian hewan secara masiv.

Peran dokter hewan adalah sebagai garda terdepan dalam pencegahan penularan penyakit dari hewan ke manusia. Kontribusi dokter hewan mencakup enam ranah utama, yakni diagnosis, pengawasan, epidemiologi, kontrol, pencegahan, dan pemberantasan penyakit zoonosis.

Kebanyakan dokter hewan, terutama yang bekerja sebagai praktisi di klinik, mencegah penularan langsung dari hewan ke manusia dengan mendiagnosis penyakit berpotensi menular ke pemilik hewan. Diagnosis dapat dilakukan ketika pemilik membawa hewan peliharaannya untuk pemeriksaan rutin, vaksinasi, atau bahkan sekedar untuk grooming. Dokter hewan yang fokus di sektor peternakan juga melakukan pemeriksaan hewan ternak dengan cara mendatangi kandang peternak secara rutin atau ketika mendapat laporan adanya hewan yang sakit. Ketika mendapati adanya penyakit yang berpotensi menular ke manusia, seorang dokter hewan tentunya wajib menyampaikan hasil temuannya kepada pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti.

Dokter hewan juga bertanggung jawab dalam menjaga keamanan produk makanan yang berasal dari bahan hewani. Seorang dokter hewan harus bisa memastikan bahwa produk pangan asal hewan yang akan diedarkan ke masyarakat memenuhi standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). Kondisi iklim negara tropis seperti Indonesia yang cenderung lembab membuat bahan pangan asal hewan mudah mengalami kerusakan. Bahan pangan yang rusak memiliki risiko tinggi menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme berbahaya. Konsep "Aman" berarti bahan pangan tersebut harus bebas dari bahaya yang dapat menyebabkan penyakit. "Sehat" bermakna bahwa bahan pangan harus mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. "Utuh" berarti produk yang dipasarkan sesuai dengan label yang diberikan dan tidak saling bercampur. Sedangkan "halal" merujuk pada kesesuaian kondisi produk dengan syariat Islam. Dokter hewan berperan mengawasi pengolahan produk hewani mulai dari peternakan, rumah potong hewan, hingga berbagai industri pengolahan produk seperti sosis dan kornet untuk memastikan tidak ada potensi kecacatan pada produk yang dihasilkan.

Beberapa contoh diatas merupakan sebagian kecil peran dokter hewan dalam pendekatan one health di Indonesia. Dokter hewan tidak hanya bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan hewan, namun juga berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline