Istilah 'imam' sangat berkaitan erat dengan tugas menguduskan. Sebagaimana telah diketahui bersama, tugas imam adalah mempersembahkan kurban bagi Allah untuk keselamatan umatnya. Dalam Gereja Katolik yang dimaksud dengan kurban ekaristi, yaitu perjamuan kenangan akan kurban Salib Kristus. Yesuslah sendiri yang mendirikan perjamuan ini, yaitu saat Dia menyerahkan diri melalui tanda roti dan anggur pada perjamuan malam terakhir. Yesus sendiri yang mempersembahkan kurban, oleh karena itu Yesus disebut Imam Agung, tetapi karena Dia mengorbankan diri-Nya, Dia juga menjadi korbanNya. Para imam ambil bagian dalam imamat Yesus ini. Dengan mempersembahkan kurban Ekaristi, imam menghadirkan kurban keselamatan Yesus dan menguduskan umatnya.
Sebutan Pastor menunjuk pada tugas penggembalaan. Pastor dalam bahasa Latin berarti gembala. Seorang pastor bertugas memimpin dan membimbing, serta mempersatukan umat. Sebagai gembala, dia wajib mengenal domba-dombanya, memahami kesulitan-kesulitannya dan menuntunnya ke arah yang benar. Tentu saja dia juga harus menuntun umatnya dengan hati yang baik, penuh belas kasih. Teladan semuanya tentulah Yesus, sang Gembala utama yang baik (Yoh. 10). Tugas kegembalaan ini disebut tugas pastoral dan dilaksanakakan bersama seluruh Gereja. Di sanalah dia bekerjasama dengan umat awam, serta imam-imam lainnya, di bawah penggembalaan dari Uskup Diosesan.
Melalui penjelasan di atas, seorang imam seharusnya mau dan mampu untuk hidup bersama umat. Pada masa kini, seorang imam harus mau menjadi pastor di tengah-tengah umat atau dengan kata lain harus mau hidup bersama umat. Dalam homili Misa Krisma 28 Maret 2013, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Beliau berharap agar para imam menjadi gembala berbau domba. Para imam harus bisa merasakan segala yang sedang dialami umatnya.
Para imam harus mau dan mampu menempatkan Allah dan umat sebagai pusat perhatian. Pada masa kini, imam kadang ingin mencontoh hal baik dari imam lainnya, mengidolakan imam lain, dan menerapkannya dalam lingkungan yang dia pimpin tanpa memandang umat di lingkungannya, misalnya saja ingin membangun gereja yang lebih besar tetapi tidak menperhatikan kondisi umat yang sedang mempunyai masalah ekonomi. Imam harus mampu menempatkan dan memposisikan diri dan turut merasakan apa yang dirasakan oleh umat, misalnya saja setelah memimpin Perayaan Ekaristi pernikahan, imam tersebut memimpin Perayaan Ekaristi pemberkatan jenazah. Tidak mungkin imam tersebut memberikan homili dengan tersenyum atau nada bahagia di rumah duka, jika iya pasti tuan rumah akan menganggap bahwa imam tersebut senang dengan kepergian umatnya.
Para imam juga harus memperhatikan liturgi dengan lebih memperhatikan umat. Secara harafiah, liturgi adalah ibadat. Konsili Vatikan ke II melihat liturgi sebagai "pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus, di situ pengudusan manusia dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing, di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh tubuh mistik Kristus, yakni kepala beserta para anggotanya." (SC 7). Jelas di sini bahwa liturgi berarti bukan semata-mata ibadat paling sempurna yang dipersembahkan manusia kepada Allah, melainkan terutama merupakan perayaan karya keselamatan Allah bagi manusia melalui tanda-tanda. Di sini jelas bahwa liturgi merupakan bagian yang penting, tetapi imam juga harus menyesuaikannya dengan kondisi umat. Misalnya saja umat sedang mendapatkan masalah ekonomi, tidak mungkin imam malah membahas tatagerak liturgi bukan? Jadi di sini haruslah ditekankan bahwa liturgi adalah karya keselamatan Allah bagi manusia, jika manusianya saja masih menderita, bagaimana liturgi dapat tercapai dengan baik?
Imam yang dibutuhkan zaman sekarang adalah imam yang mampu mengajak para orang muda katolik untuk semakin mau berkarya di masyarakat dan di Gereja. Imam diharapkan mau dan tidak takut mengajak orang muda untuk bergabung ke dalam dewan paroki. Orang Muda Katolik adalah generasi emas atau generasi penerus dalam Gereja. Jika Orang Muda Katolik sejak awal tidak diperkenankan bergabung dalam dewan paroki, bagaimana Gereja dapat berkembang, Gereja butuh saran dan masukan dari para pemuda ini.
Allah, melalui Firman-Nya, dengan jelas dan tegas meminta perhatian kita untuk memperhatikan, menolong, memberi sedekah atau bantuan, dan memberdayakan orang-orang miskin -- dalam arti turut menangani penyebab kemiskinan itu sendiri, sehingga mereka mampu mandiri dan berdaya. Inilah salah satu bentuk pelayanan pastoral sosial. Imam yang dibutuhkan sekarang bukan imam yang berpenampilan atau berpakaian rapi, tetapi imam yang mau mengarahkan pelayanan pastoralnya pada pastoral sosial. Pelayanan ini tidak muncul karena keinginan hati semata, tetapi lebih karena panggilan hidup sebagai imam yang mau mengajak umat yang beriman kepada Tuhan dan karena dialog dengan Firman Tuhan. Karena itulah, sudah saatnya Gereja tidak lagi selalu memandang ke atas dan memimpikan kehidupan bahagia di surga, sehingga lupa memandang ke bawah ke arah sesama (yang hidup menderita, tersisih, dan miskin itu) untuk mendatangkan Kerajaan Allah di dunia ini.
Imam yang dibutuhkan zaman sekarang, juga adalah imam yang mau mendengarkan umatnya. Imam diharapkan mau bercakap-cakap dengan umatnya. Bentuk dasar pelayanan pastoral adalah percakapan. Imam diharapkan mendengarkan umatnya agar dapat mengerti kondisi umat disekitar agar imam ini tidak salah dalam mengambil kebijakan dan keputusan. Percakapan ini tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi perlu dilakukan hingga beberapakali sehingga iman jelas-jelas mengetahui kondisi umatnya.
Imam yang dibutuhkan selanjutnya adalah imam yang mau mengunjungi umatnya. Kunjungan ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan umat. Kunjungan ini lebih diarahkan kepada orang-orang yang sulit ditemui, orang-orang lanjut usia, dan orang sakit. Melalui kunjungan ini, banyak umat yang pastinya akan bahagia karena dapat dekat dengan gembalanya. Para imam sendiri juga akan tahu bagaimana kehidupan umatnya.
Dari semua penjelasan di atas, baik imam maupun awam sebenarnya adalah sama-sama manusia biasa. Hanya saja memang ada yang menjadi pembeda yakni rahmat tahbisan. Imam yang dibutuhkan pada zaman sekarang bukanlah imam yang berpakaian rapi ataupun selalu mengenakan jubah dimana-mana. Tetapi imam yang dibutuhkan zaman sekarang adalah imam yang dekat dengan umat atau gembala berbau domba. Kedekatan antara imam dan awam sangat diperlukan untuk membangun Gereja menjadi komunitas yang lebih maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H