Berabad-abad telah menjadi perdebatan tentang Ketuhanan Kristus atau Nabi Isa, hingga kini gak pernah akan selesai, bahkan mungkin berakhirnya zaman. Dan saya rasa percuma saja untuk saling memaksakan pemahaman tersebut kepada agama lain, apalagi hal ini dijadikan persoalan mendasar yang membuat kita dalam hubungan keseharian solah-olah terdapat sekat pemisah, sehingga gak ada lagi budaya leluhur untuk saling bersilahturahmi diantara umat.
Bagi saya, biarlah pemahaman tersebut menjadi pegangan masing-masing umat beragama menurut kepercayaannya sendiri.
Yang perlu digaris bawahi, sekalipun keberadaan sosok Kristus atau Nabi Isa yang memiliki latar belakangi kisah yang berbeda. Yang pasti sosok Kristus atau Nabi Isa, berabad-abad adalah merupakan sosok yang dihormati oleh minimal tiga agama terbesar di dunia, termasuk di Indonesia.
Besok kebetulan, tanggal 25 Desember, setiap tahunnya oleh umat Kristiani (Protestan maupun Katolik) bersama-sama merayakan Natal di seluruh Dunia, yang oleh umatnya dimemperingati sebagai kelahiran sang Juru Selamat, Yesus Kristus, sang Imanuel. Yang oleh umatnya, Dia lahir ke dunia untuk menebus semua dosa umat manusia, tanpa terkecuali, tanpa ada kekhususan tersendiri, untuk suatu bangsa, suku atau kelompok masyarakat tertentu. Dan lain sebagainya.
Dalam merayakan natalpun, masih terjadi perdebatan setiap tahun, terkait pantas dan gaknya mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani oleh umat Islam Khususnya. Perlu diakui, adanya beberapa perbedaan pandangan juga yang saya ketahui, di kalangan pemuka agama islam tentang hal ini. Dan jangan salah, di kalangan Umat dan Pemuka Agama Kristenpun, kadang memiliki pandangan yang berbeda.
Namun bagi saya, inipun sebenarnya gak perlu dipersoalkan dan menjadi masalah yang serius. Biarlah masing-masing dengan pemhamanannya sendiri, tanpa ada paksaan. Umat Kristiani yang saya ketahuipun gak mempermasalahkan hal ini. Semuanya kembali ke pribadi masing-masing. Sehingga perbedaan inipun sekiranya dapat kita kesampingkan, bukan menjadi masalah besar yang harus dibesar-besarkan dan dibahas setiap tahun.
Dengan begitu, marilah kita melihat inti dari inti ajaran Yesus Kristus itu sendiri yang Ia kutip dari perjanjian lama yang merupakan pedoman tiga agama terbesar di dunia. Yaitu tentang KASIH.
Kisah tentang Hukum Kasih ini, intinya dapat dilihat dalam Injil Matius 22:27-40, Namun apabila kita ingin mengetahui latar belakang ucapan Yesus Kristus itu Sendiri, dapat kita lihat dalam satu topik tentang Hukum yang terutama. Yang dapat dibaca mulai Injil Matius 22: 34-40. Kisah yang samapula dapat dibaca dalam Injil Markus 12:28-34.
Dan sama dengan itu, disertai dengan contoh atau perumpamaan tentang Orang Samaria yang murah hati. Dapat dibaca di dalam injil Lukas pasal 10:24-37. Dimana inti dari pengajaran Yesus Kristus yang dimaksud dengan Hukum KASIH itu, saya ambil saja dalam Injil Matius 22:34-40, Begini firmanNya,
(22:34) Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka (22:35) dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat bertanya untuk mencobai Dia: (22:36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (22:37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (22:39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (22:40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Adapun hukum yang pertama mencakup hubungan dengan Tuhan Allah, sedangkan hukum kedua berhubungan dengan etika timbal balik. Hukum pertama dikutip dari Kitab Ulangan 6:5 dan hukum kedua dikutip dari Kitab Imamat 19:18.
Perlu kita ketahui kitab bahwa Ulangan dan Imamat adalah kitab dari perjanjian lama, yang mana menjadi pegangan 3 agama dari keterunan Abaraham, Bapak segala orang beriman itu. Sehingga pada kesimpulan, minimal pada ajaran ketiga agama terbesar yaitu Yahudi, Kristen dan Islam seharusnya memiliki pegangan pengajaran yang sama.