Lihat ke Halaman Asli

Tovanno Valentino

TERVERIFIKASI

Hanya Seorang Pemimpi

Faktanya Adalah, Cinta Secara Universal Tidak Mengenal Hirarki

Diperbarui: 20 Desember 2021   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UN International Day for Tolerance 2014 Photo          UN'S OFFICIAL WEBSITE 

Judul ini saya peroleh ketika seorang terapis, Terri Kozlowski melalui situsnya membedah pejelasan tentang cinta dari Stanford Encyclopedia of Philosophy. Dia adalah seorang terapis Jiwa yang peduli untuk membantu orang lain mengatasi ketakutan mereka.

Saya tertarik dengan penjelasannya yang menggali secara menarik dari sumbernya Stanford Encyclopedia of Philosophy yang diterbitkan pertama kali 8 April 2005 dan diperbaharui 1 September 2021, yang disajikan dalam bentuk Esai.

Adapun Esai Stanford tersebut, berfokus pada cinta secara pribadi, atau cinta pada orang-orang tertentu. Tulisan tersebut merupakan, pandangan filosofis dalam memahami bahwa cinta pribadi seseorang dapat dibedakan dengan berbagai jenis (ekspresi) cinta pribadi orang lainnya.

Sebagai contoh, cara saya mencintai istri saya tampaknya sangat berbeda dari cara saya mencintai ibu saya, anak saya, dan teman saya. Tugas ini biasanya berjalan beriringan dengan analisis filosofis dari jenis cinta pribadi ini, analisis yang sebagian menanggapi berbagai teka-teki tentang cinta. Bisakah cinta dibenarkan? Jika demikian, bagaimana? Apa nilai cinta pribadi? Apa dampak cinta  secara otonomi baik yang mencintai maupun yang dicintai?

Eh entar dulu, mungkin ada beberapa sahabat di dunia real, akan kebingungan, tumben saya saya menulis hal ini?

Yang pertama karena mendapat pemhaman baru yang menarik, dan yang berikut saya memang kepengen menekankan melalui opini saya bahwa hal ini yang paling esensi dari hubungan manusia  sebagai Zoon Politicon. 

Istilah yang yang digunakan oleh Aristoteles untuk menyebut makhluk sosial. Singkatnya ia berpendapat bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain.

Jika menurut Adam Smith, menyebut istilah mahkluk sosial dengan Homo Homini socius, yang berarti manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya.

So, siapapun kita, apapun latar belakang kita dengan segala perbedaan yang menyertai kita sejak lahir hingga keberadaan hingga saat ini, secara universal adalah bersaudara. Apalagi sebagai bangsa Indonesia. Sehingga unsur yang terpenting dalam hubungan tersebut adalah saling mengasihi atau mencintai. 

Sekalipun dapat berbeda-beda cara mengkespresinya. Sehingga dalam hal ini, seharusnya dunia ini penuh dengan kedamaian. Sekalipun dalam ego masing-masing dalam sejarah peradaban manusia diwarnai pertikaian yang seharusnya tidak menimbulkan kebinasaan atau korban manusia.

Eh lupa, Disclaimer dulu, saya gak memiliki tujuan membahas ajaran tertetentu namun lebih jauh dari itu yang bersifat universal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline