Disclamer Dulu ya, tulisan ini adalah opini pribadi, penulis bertanggung jawab penuh terhadap isi artikel ini, termasuk menyangkut interpretasi, asumsi, analisis dan pendapat yang terkait.
Penggunaan istilah "Menjual Diri" yang digunakan saya adalah merupakan kiasan lain dari "Mempromosikan Diri"., sekalipun dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan men.ju.al diri melacurkan diri.
Sebagai pengantar, sebelum saya menguraikan opini saya dalam tulisan ini, paling gak saya mengacu pada beberapa referensi sebagai dasar argumentasi yang saya rasa cukup untuk menyimpulkan judul dari pada tulisan ini.
Ok, tapi sebelumnya perlu dipastikan dulu apakah Jokowi benar-benar membebaskan para menterinya 'jual diri' menuju pemilu 2024. Saya masih ragu.
Jika ini benar, atau anggaplah memang benar, bagi saya cukup mengejutkan, seorang Presiden memberikan kesempatan para menteri hingga kepala daerah untuk mempromosikan dirinya dalam rangka menyambut pesta demokrasi, Pemilu 2014. Apakah ini langkah strategis atau malah sebuah kekeliruan dari sikap dan pernyataaan seorang Presiden Jokowi.
Mungkin ada yang menilai, ini adalah langklah strategi Jokowi untuk mendorong kineraja para menterinya, dan menjadikannya sebagai "jebakan badman", sambil mempersiapkan reward dan punishment.
Jika si menteri terlalu sibuk dengan peningkatan elektabilitas dan popularitas tetapi kemudian melupakan kinerjanya dia sebagai menteri, melupakan kinerja visi-misi bagaimana menghasilkan sebuah pekerjaan yang baik.
Maka menteri tersebut harus diganti. Hal ini seperti yang dianalisa Pendiri Kelompok Diskusi Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio (Hensat), kepada detikcom, Selasa (9/11/2021).
Kalau saya, boleh-boleh saja. Tapi tinggal 2 tahun lagi lagi masa kepemimpinan Jokowi berakhir, harusnya segera merombak kabinet untuk menyelesaikan visi dan dan misinya dan banyak persoalan besar bangsa ini yang masih belum tercapai, dengan dukungan penuh para menterinya. Kalau diuji dengan strategi seperti itu dulu, gak akan efektif. Dan kesannya membangun etika yang kurang baik dalam menjalankan pemerintahan.
Gak perlu dipersilahkan "menjual diri" pun, para menteri yang tingkat popularitas yang cukup tinggi dari hasil survey. Atau paling gak ada dalam urutan popularitas dan kebetulan lagi mereka ada di dalam kabinet jokowi. Mereka ini sudah melakukan pencitraan diri, sadar maupun gak.