[caption id="attachment_159187" align="aligncenter" width="650" caption="ilustrasi - webmastergrade.com"][/caption]
Ketika banyak orang berbicara soal Natal dan mengartikannya dalam berbagai pandangan yang berbeda. Mulai dari refleksi masing-masing individu pemeluknya hingga analisis kontrovesial dari berbagai kalangan. Rasanya bukan merupakan hal baru, sehingga tidak perlu dibesar-besarkan.
Berbagai perbedaan pandangan yang ada seharusnya tidak disikapi dengan sinis apalagi menimbulkan permusuhan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Bahkan bagi setiap pemeluk agama Kristen sendiri, saya lebih membuka ruang dan toleransi untuk menghargai makna Natal menurut pengertian pribadi mereka masing-masing yang tak lain bersumber pada pengalaman iman mereka sendiri.
Seperti juga saya, tentu memiliki pandangan sendiri untuk memaknai Natal dalam kehidupan saya pribadi, tanpa harus memaksakan hal ini kepada orang lain.
Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember, bagi saya pribadi hanyalah sebuah ceremonial, moment bersama bagi sebagian besar umat Kristen di dunia untuk mensyukuri kelahiran Kristus. Sedangkan perayaan Natal sesungguhnya adalah merupakan perayaan Iman setiap individu yang tidak dapat ditentukan oleh penanggalan (waktu) semata namun lebih pada proses pertumbuhan iman yang terus berlangsung dari hari lepas hari. Lahir menjadi baru, dari kebiasaan lama yang buruk menjadi pribadi yang baru sesuai ajaran Kristus, yang akan terus berproses selama kita hidup.
Pengalaman iman akan membentuk saya untuk dapat memaknai Natal bukan hanya berupa slogan atau sekedar melalui perkataan semata, di mulut saja. Namun semaksimal mungkin dapat diaplikasikan menjadi nyata didalam kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana, Natal sering dihubungkan dengan kata "damai". Namun damai yang bagaimana ? Menurut thefreedictionary.com Peace antara laindiartikan sebagai Freedom from quarrels and disagreement (Kebebasan dari pertengkaran dan perselisihan), harmonious relations (hubungan yang harmonis), Inner contentment (Kepuasan batin), serenity (ketenangan), dan Free from strife (Bebas dari perselisihan).
Damai yang diartikan ini tentu saja menjadi keinginan semua orang, Everyone wants to live in a world at peace. Namun bagaimana mewujudkannya ? Bagi saya pribadi hanya dapat diwujudkan melalui "Kasih". Cinta kepada Tuhan dan cinta akan sesama. Apabila hal ini belum atau tidak dapat diwujudkan, maka apapun makna Natal itu, tidak akan berarti apa-apa dalam kehidupan kita.
Ketika Yesus ditanya "Teacher, which is the greatest commandment in the Law?" Seperti yang tertulis pada injil Matius, pasal 22. Dia menjawab "Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah hukum yang terutama dan pertama menurut-Nya. Sedangkan hukum yang kedua yang sama dengan itu adalah "Love your neighbor as yourself", Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Menurut Yesus, pada kedua hukum inilah terkandung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Statement Kristus ini, menurut saya adalah merupakan ajaran yang bersifat universal. Tidak dikhususkan pada umat atau kelompok tertentu saja, karena saya percaya Dia lahir untuk dunia, untuk semua umat manusia. Sehingga dengan demikian, terlepas dari kontrovesial pribadi Yesus yang diartikan berbeda oleh banyak kalangan, statement Yesus ini setidaknya dapat menjadi pedoman utama oleh semua orang tanpa terkecuali untuk merasakan kedamaian dan menciptakan perdamaian. Bahkan bagi seorang atheis yang tidak mengenal dan mempercayai Tuhan sekalipun, saya yakin mereka ingin hidup berdampingan secara damai, mengasihi dan dikasihi orang lain.
Lalu seperti apa cinta kasih itu ? Mungkin setiap orang memiliki padangan tersendiri. Namun tidaklah berlebihan jika saya mengangkat salah satu pernyataan Rasul Kristus, Paulus, melalui suratnya kepada jemaat Korintus yang menyebutkan bahwa, Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap, namun Kasih tidak berkesudahan.