Lihat ke Halaman Asli

Aku Mau Jadi Tuhan

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam gundahku aku berkata: “Tuhan! Aku bosan dan lelah dengan kondisi ini; kapan Engkau menjawab doaku?”

Suara Tuhan yang lembut menyapa aku: “Ada apa anak-Ku? Apakah yang membuat hatimu gundah?”

Dengan suara keras aku menjawab: “Tuhan, bertahun-tahun aku berdoa dan beriman kepada-Mu, aku bersabar, hidup mengikuti kehendak-Mu. Tetapi, lihat …... kondisiku tidak berubah. Seperti ini terus. Karirku tidak lebih baik. Masalahku tidak selesai-selesai. Kondisi ekonomiku bahkan mundur.”

Dengan bersemangat aku melanjutkan: “Apa sih susahnya bagi-Mu menghancurkan semua orang-orang yang lalim dan tidak takut akan Engkau itu. Mereka bertindak semena-mena dan keterlaluan, mereka menindas orang yang lemah. Bukan hanya aku Tuhan, banyak sudah yang menjadi korban, ditindas dan diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh mereka.”

Lalu kataku: “Huh. Sudahlah Tuhan. Aku lelah. Sekarang jangan urusi aku lagi. Aku tahu yang terbaik bagiku. Aku mau jadi tuhan untuk diriku.”

Dengan lembut, Dia berkata kepadaku: “Benar, kamu mau jadi tuhan buat dirimu sendiri? Yakin kamu bisa dan pasti lebih baik jadinya?

“Apa susahnya?” jawabku. “Aku pilih dan lakukan saja semua yang terbaik dan menyenangkanku”

Tuhan berkata: “ Anak-Ku, sewaktu engkau memilih dan memutuskan sesuatu, sadarkah engkau bahwa keputusanmu tidak hanya berakibat bagimu di masa kini, tapi juga bagi orang lain dan berdampak ke masa yang akan datang? Terpikirkan olehmu: apa akibat keputusanmu itu  satu jam, sebulan, setahun kemudian dan bahkan di masa depanmu kelak? Bukan hanya bagimu, tapi juga bagi keluargamu, anak-anakmu, cucu-cucumu dan keturunanmu yang akan  datang serta orang-orang yang bersentuhan dengan hidupmu dan hidup keturunanmu. Juga bagaimana juga akibat keputusanmu bagi lingkunganmu, negaramu bahkan duniamu?”

“Hmmmmmm ……..”

Penuh kesabaran Ia menjelaskan: “Seperti mengendarai mobil, saat engkau menginjak pedal gas, seluruh komponen yang berhubungan akan berreaksi, kecepatan mobil meningkat dan berakibat posisi satu mobil dengan mobil lainnya berubah, lalu lintas bergerak, demikian seterusnya. Demikian juga, setiap keputusan pasti memberi dampak kepada kehidupan bukan hanya dirinya tapi lingkungan terdekat dan juga secara menyeluruh bahkan berkelanjutan

“Oh?”. Aku tersadarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline