Lihat ke Halaman Asli

Mengunjungi Museum Pengasingan Soekarno-Hatta

Diperbarui: 31 Maret 2019   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Pada tanggal 23 Maret 2019, tepatnya hari Sabtu, saya dan beberapa teman saya yaitu Febi, Aurdrey, Jenni, dan juga Tiel mengunjungi sebuah museum di daerah Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ya, berdasarkan daerahnya sudah terlihat bahwa museum ini berhubungan dengan Peristiwa Rengasdengklok. Museum ini merupakan Museum Pengasingan Soekarno-Hatta.

Peristiwa rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa penting untuk Indonesia.  Peristiwa ini merupakan salah satu faktor terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa ini merupakan peristiwa penculikan Seokarno dan Hatta yang dilakukan oleh sekelompok pemuda Indonesia seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan pemuda-pemuda lainnya yang merupakan anggota dari perkumpulan "Menteng 31".

Penculikan ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945, tepat sehari sebelum dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan RI. Penyebab dari dilakukannya penculikan atau pengasingan ini adalah karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda mengenai waktu pelaksanaan proklamasi. Golongan tua ingin berdiskusi terlebih dahulu mengenai pelaksanaan proklamasi bersama dengan PPKI tetapi golongan muda ingin proklamasi dilaksanakan secepat mungkin. Sebelumnya, telah dilakukan perundingan oleh golongan pemuda pada tanggal 15 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak perlu berkaitan dengan Jepang. Keputusan itu disampaikan kepada Soekarno namun akhirnya ditolak.

Soekarno dan Hatta diculik atau diasingkan ke sebuah rumah di daerah Rengasdengklok, Kerawang, Jawa Barat. Peristiwa ini bertujuan untuk menghindari Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang dan segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Sampai akhirnya terjadi kesepakatan dan Teks Proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 oleh Soekarno yang didampingi oleh Hatta.

Rumah pengasingan Soekarno-Hatta tersebut merupakan milik seorang petani bernama Djiaw Kie Song yang merupakan seorang keturunan Tionghoa. Beliau lahir pada tahun 1880 dan meninggal pada tahun 1964. Ia merupakan seseorang yang penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia karena di rumahnyalah tempat ditulisnya teks proklamasi. Beliau mengizinkan rumahnya untuk dikunjungi oleh orang-orang yang akhirnya dijadikan sebagai museum.

Perjalanan menuju museum tersebut cukup jauh dan memakan waktu cukup lama dari Lippo Cikarang. Museum tersebut terletak cukup terpelosok sehingga tidak heran jika rumah tersebut dijadikan tempat mengamankan Soekarno-Hatta. Di perjalanan, terlihat sawah-sawah dan pemukiman warga. Di daerah tersebut juga terdapat tugu Rengasdengklok. Ketika sampai, ternyata ada beberapa siswa-siswi dari sekolah lain yang juga sedang mengunjungi museum tersebut. Museum ini sebenarnya merupakan rumah asli tempat pengasingan Soekarno-Hatta.

Ketika memasuki rumah ini, terlihat banyak ornamen khas Tionghoa seperti meja sembahyang, lilim dupa, buah, dan hiasan khas Tionghoa lainnya, serta foto Djiaw Kie Song yang dipajang di bagian tengah atas sebagai tanda penghormatan. Di sekitarnya juga terlihat banyak foto-foto Soekarno dan Hatta. Di dinding rumah tersebut banyak terpajang bingkai-bingkai yang berisi sertifikat, foto, dan sejarah dari rumah tersebut. Terdapat juga penghargaan-penghargaan yang diberikan kepada Djiaw Kie Song atas jasanya. Rumah tersebut masih terlihat sangat bagus dan rapi. Memang pernah dilakukan renovasi namun hal ini dikarenakan bagian belakang rumah ini dijadikan sebagai tempat tinggal. Museum atau rumah ini ditempati oleh seorang ibu yang juga merupakan keturunan Tionghoa.

Di bagian kiri dan kanan terdapat dua ruangan yang merupakan kamar menginapnya Soekarno dan Hatta. Rumah ini bukanlah replika dan beberapa barang di sini juga bukan replika atau merupakan barang asli dari zaman tersebut seperti tempat tidur milik Soekarno dan Hatta. Di sebelah kanan merupakan kamar milik Soekarno. Di dalamnya terdapat tempat tidur, lemari, pajangan-pajangan, jedela, meja, dan juga kursi kayu. Di tempat tidur dan juga meja terdapat tulisan yang mengingatkan pengunjung agar tidak mendudukinya. Hal ini menunjukkan bahwa museum ini masih sangat dijaga dan sering dikunjungi oleh wisatawan lainnya. Di kamar Hatta juga terdapat tempat tidur. Bedanya di sana tidak tersedia kursi dan meja, hanya terdapat lemari kayu dan juga sebuah lemari kaca yang atasnya dipajang atau diletakkan bannyak sekali penghargaan dan juga kenang-kenangan dari beragam organisasi dan kaum. Di dinding juga masih banyak terpampang bingkai-bingkai berisi foto dan juga penghargaan.

Salah satu bingkai yang mencuri perhatian saya adalah sebuah tulisan atau sertifikat dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudulkan "Rumah Bersejarah Rengasdengklok".  Mengunjungi museum ini tidak memerlukan tiket masuk atau apapun. Tetapi, disediakan sebuah kotak untuk pengunjung agar pengunjung bisa memberikan seikhlasnya saja. Selain itu, di sana juga disediakan buku tamu yang ditujukan kepada para pengunjung untuk mengisinya ketika kita mengunjungi museum tersebut. Dari sini juga terlihat ternyata masih banyak orang yang peduli akan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Namun sayangnya, banyak juga orang-orang yang tidak peduli dan melupakan tentang sejarah kemerdekaan negara Indonesia ini. Mengunjungi museum ini merupakan salah satu pengalaman yang menarik dan baru untuk saya karena saya jarang sekali mengunjungi museum-museum yang ada. Penduduk sekitar juga menyambut saya dan teman-teman saya dengan ramah. Dari kunjungan ini, saya sadar bahwa ternyata masih banyak hal yang perlu diketahui mengenai proses kemerdekaan negara ini dan betapa sulitnya untuk mencapai kemerdekaan. Saya sadar akan betapa pentingnya mengunjungi museum-museum mengenai sejarah Indonesia.

Ketika memasuki rumah tersebut, masih terasa dan tercium bagaimana rasanya rumah lama apalagi ketika memasuki kamar Soekarno. Berada di tempat perumusan naskah proklamasi terasa sangat unik dan menarik. Merasakan berada di kamar yang dulunya ditempati oleh Soekarno dan Hatta apalagi mengingat tempat tidurnya yang masih asli dan bukan replika merupakan sebuah pengalaman yang menarik.  Museum ini memang sangat sederhana, namun tidak bisa pungkiri bahwa museum dan rumah ini memiliki peran penting bagi Indonesia. Menurut saya, museum ini wajib dikunjungi dan diketahui oleh banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline