Lihat ke Halaman Asli

Cerpen Sejarah | Kehilangan Kebahagiaan

Diperbarui: 16 November 2018   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Romusha | Gambar dari Google

1942

Krringg kringg..Telepon rumah berbunyi membangunkan Dina yang sedang tertidur lelap dan bermimpi indah. Dina yang masih mengantuk memaksa dirinya untuk beranjak dari sofa di ruang tengah.

"Halo, ini siapa ya?," tanya Dina yang masih setengah bangun.

"Din, ini Ayah. Kamu sudah makan?"

"Belum Yah, ada apa? Ayah sendiri sudah makan?"

"Ohh belum.. Nanti Ayah pulang bawa makan ya, Din. Tidak perlu mengkhawatirkan Ayah."

"Baik Yah, hati-hati di sana."

"Iya, Din. Terima kasih."

"Sama-sama, Ayah."

Dina sebenarnya sudah sangat lapar, tetapi nyatanya tidak ada makanan sedikitpun di rumahnya. Ia harus menunggu Ayahnya untuk makan.

Ayah Dina merupakan seseorang yang bekerja keras untuk membiayai keluarganya. Ayahnya bekerja di bawah pimpinan tentara dan pemerintahan Jepang. Sebenarnya Ayahnya tidak diperlakukan dengan baik, tetapi Ia menyembunyikannya dari anak dan istrinya. Ia tidak ingin anak dan istrinya panik dan khawatir. Dia bertahan agar bisa memberi makan dan membiayai kehidupan anak serta istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline