Lihat ke Halaman Asli

Mendalami Pemikiran Schopenhauer Mengenai Nadir Penderitaan dan Melampaui Kehendak

Diperbarui: 9 Januari 2024   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Schopenhaur merupakan seorang filsuf Jerman yang lahir pada 22 Februari 1788 di Polandia. Pemikirannya seringkali dianggap sebagai prekursor bagi banyaknya ide yang muncul di abad ke-19 dan ke-20. Ia juga mempunyai kontribusi terhadap metafisika, estetika, dan etika. Adapun salah satu karyanya yang paling terkenal adalah "The World as Will and Representation" yang diterbitkan pada tahun 1818. Pada karya tersebut, Schopenhaur mengembangkan pandangannya terhadap alam semesta yang didominasi oleh kehendak.

Menurut Schopenhaur, kehendak ialah suatu kekuatan dasar di balik semua fenomena. Ia melihat dunia sebagai manifestasi dari kehendak dan juga dorkngan alam semesta, karena dalam hal tersebut tidak hanya mencakup keinginan manusia saja. Baginya, kehidupan terus-menerus dipenuhi oleh penderitaan, karena kehendak ini dan pembebasan dari penderitaan tersebut dapat dicapai melalui penolakan kehendak yang mendalam. Dalam pemikirannya yang lain, Schopenhaur juga mengeksplorasi suatu konsep yang bernama "Nirwana" yang merujuk pada pembebasan dari suatu kehendak dan penghentian penderitaan. Dalam bidang estetika, Schopenhaur juga mengembangkan teori yang dimana menurutnya seni adalah cara untuk melarikan diri dari penderitaan dunia nyata. Menurut Schopenhaur, seni ialah memberikan suatu pandangan langsung ke ide ataupun esensi di balik kenyataan empiris.

Pemikiran Schopenhaur juga mempengaruhi banyak pemikir setelahnya, meskipun ia tidak pernah mencapai popularitas selama hidupnya. Pemikiran Schoupenhaur juga memberikan perubahan yang sangat besar terhadap suatu pemahaman manusia tentang eksistensi, kehendak, dan penderitaan. Walaupun pandangannya terkadang pesimistis, warusannya tetap menjadi relevan dalam perdebatan filosofis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline