Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam diri seseorang. Seorang guru dipandang dapat memainkan peran penting dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar tersebut. Dalam proses pembelajaran guru pihak pertama yang bertanggung jawab dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar.
Sebagian guru dalam kenyataannya masih menggunakan model pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran ceramah cenderung bersifat satu arah dan berpusat pada guru. Guru lebih banyak memberikan informasi-informasi dan menjelaskan, serta kurang melibatkan siswa dalam belajar mengajar, siswa hanya mendengar, mencatat, menghafal, dan kemungkinan sulit mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran yang demikian dapat menimbulkan rasa jenuh bagi siswa sehingga tidak maksimal untuk menyerap materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Banyak pendekatan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru masih bersifat konvensional, guru menjelaskan dan peserta didik mendengarkan. Terlihat dalam pembelajaran bahwa aktivitas belajar masih berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru hanya memperlihatkan peserta didik lebih banyak melakukan aktivitas mendengarkan penjelasan materi pelajaran, mencatat kemudian mengerjakan tugas atau soal dari penjelasan yang disampaikan guru.
Dalam melaksanakan pembelajaran guru senantiasa menggunakan papan tulis untuk menyampaikan materi pembelajaran. Hal tersebut memperlihatkan bahwa guru kurang kreatif dalam mengembangkan media pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik merasa tidak ada hal yang baru sehingga kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Pada kenyataan di lapangan, ditemukan banyak peserta didik yang merasa PPKn adalah pelajaran yang membosankan.
Salah satu penyebabnya yaitu guru di dalam pembelajaran PPKn hanya menanamkan konsep tanpa melibatkan pelajaran PPKn dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu kurangnya pembiasaan yang dilakukan guru untuk mengarahkan peserta didik berpikir secara kritis melalui penyajian masalah yang terkait dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Praktik pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pelaku aktif dalam kegiatan belajar dan penggunaan media yang menarik dipercaya lebih efektif meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik dan menghasilkan pencapaian materi pelajaran yang lebih tinggi. Aktivitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
Guru bertanggung jawab untuk merancang dan melakukan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan serta penggunaan media yang lebih menarik di dalamnya. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan cara berpikir kritis peserta didik dengan harapan hal tersebut menjadi hal yang baru serta menyenangkan bagi peserta.
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh penulis dalam mencapai tujuan diantaranya, yaitu rendahnya wawasan dan persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang inovatif serta penggunaan media pembelajaran yang menarik, peserta didik merasa bingung cara berdiskusi dan presentasi di depan kelas, peserta didik kurang percaya diri dalam memaparkan hasil diskusi kelompok.
Langkah-langkah yang digunakan untuk menghadapi tantangan tersebut ialah peserta didik dikondisikan dengan model pembelajaran yang dipilih terlebih dahulu, guru mempersiapkan fasilitas yang dibutuhkan agar media yang digunakan dapat bermanfaat secara maksimal, berkoordinasi dengan guru kelas yang mengajar peserta didik di kelas sebelah agar mengkondisikan peserta didiknya supaya keadaan lebih kondusif.
Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu berkeliling ke setiap kelompok untuk memberikan motivasi dalam diskusi dalam bentuk kalimat ataupun gerakan tubuh, seperti mengacungkan jempol dan memberikan tepuk tangan. Kemudian, guru memotivasi peserta didik dalam melaksanakan presentasi hasil diskusi dengan memberikan apresiasi berupa pujian dengan tepukan agar peserta didik lebih lebih berani dan percaya diri.
Guru juga dapat memberikan contoh kepada siswa baik individu maupun kelompok, bagaimana cara mempresentasikan hasil diskusi dengan baik. Dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya terlebih dahulu, setelah itu guru memberikan penguatan dan semangat kepada kelompok yang sudah tampil. Lalu fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran juga disiapkan lebih awal.