Cerita sebelumnya: Jamming di Ubud
Pertaruhan Kimaya
Adian sangat kecewa pada Kimaya. Dia akhirnya memutuskan bahwa semua yang dia lakukan selama ini untuk memisahkan pikiran Kimaya tentang Yuda, gagal. Dan tidak ada gunanya. Dia menyerah.
"Mau ke mana, Di?" Mona yang tidak tahu apa-apa mencoba mencegat Adian yang terlihat buru-buru keluar dari cafe.
"Aku pulang dulu, ada urusan," jawab Adian sembarangan, asal Mona melepaskan dirinya supaya bisa segera pergi dari situ. Mona sepertinya sangat paham. Dia biarkan Adian lewat meninggalkan acara yang belum selesai.
Bergegas Adian mencari taksi di dekat situ, untung jalan itu cukup ramai dan strategis, jadi mudah dia menemukan taksi dalam sekian detik.
Dia hempaskan badan ke jok kursi taksi, melepaskan segala kekecewaan dan kemarahan, kehilangan dan segala keputusasaan.
"Kimaya tidak mau berubah!" desisnya pada dirinya sendiri.
Adian memutuskan untuk pulang ke Jogja. Dia akan meninggalkan semua usahanya menyelamatkan Kimaya, mulai detik ini. Pulang ke Jogja artinya dia akan melupakan semuanya, lupa Mona, lupa Kimaya.
"Untuk apa juga Kimaya mengingat-ingat Yuda? Orang yang sudah mati tidak bisa lagi mendengar alunan musik. Move on, Kim," batinnya. "Kalau tidak, aku yang akan move on."