Pertaruhan Kimaya
Mona mengatur kamar untuk Adian menginap. Tadinya Kimaya tidak mau ada Adian di rumah mereka. "Biar saja dia di hotel," sungut Kimaya. Tapi Mona tidak tega, apalagi dia senang ada cowok itu berkeliaran di rumah mereka.
"Adian akan pakai kamar depan yang kecil itu," tegas Mona. Kimaya akhirnya mengalah karena bagaimanapun rumah itu awalnya Mona yang cari. "Dia juga nggak berani macam-macam sama kita!"
"Dia juga janji akan masakin kita buat makan," tambah Mona, saat ini matanya berbinar. Dia tidak mengira Adian pintar masak.
"Ah, Mon, kamu jangan mudah terpersuasi dong," Kimaya masih sedikit panik. Dia belum siap dekat dengan siapapun walau Yuda sudah mulai menghilang dari ingatannya.
Waktu itu Adian sedang pergi ke toko sebelah, katanya ada yang lupa belum dia beli. Sebenarnya, Adian memang tidak menyiapkan diri tinggal di hotel buat seminggu di Bali. Makanya dia bawa handuk dan peralatan mandi yang biasa sudah tersedia di kamar hotel. Dia berharap bisa menginap di rumah Kimaya dan Mona. Walau tadi Kimaya sedikit diam ketika Mona menawarkan untuk menginap.
"Kim, aku cuma butuh deket sama kamu. Mana ada cara lain selain menginap di rumah kamu," batin Adian ketika berjalan balik ke rumah. Waktu reuni lalu, respon Kimaya tidak seperti yang diharapkannya. Dia menembak di depan teman-teman SMAnya Kimaya tertawa, seperti menganggap semua itu hanya candaan.
Adian bukan tidak tahu Yuda. Dia bahkan yang membantu Kimaya menghadapi bahwa Yuda sudah tidak tiada. Jadi Adian sangat tahu di mana hati Kimaya sebenarnya. Namun dia akan selalu mengingatkan Kimaya bahwa kenyataan sudah tidak memiliki Yuda. Dia yang ada di sini.
---
"Ini kunci kamarmu," sambut Kimaya ketika Adian memasuki rumah. Dia paham benar perubahan raut cowok itu dari pergi sampai kembali dan melihat kunci kamar. Sangat mudah membuat Adian senang, dan perasaan itu menambah ketampanannya 100 kali lipat, ini kata Mona sih.