Pertaruhan Kimaya
Kimaya serasa terbang ke Bali, secara harafiah dan secara simbolis. Dia naik pesawat dari Jogja, dan sejam terbang terasa cepat sekali karena untungnya dia bisa tidur. Di tempat duduknya yang berjajar tiga, dia hanya sendirian, jadi bisa tenang dan lega buat tiduran.
Bali adalah kenyataan. Kuliah. Hidup mandiri. Makam Yuda.
Jogja adalah impian. Liburan. Home sweet home. Sahabat. Keramahan Adian.
Adian? Di dalam taksi Kimaya teringat perpisahannya dengan sahabat istimewa itu. Adian yang dia anggap sahabat yang dekat gegara pertaruhan yang tidak seimbang. Dia cewek biasa dan Adian cowok luar biasa. Dipertaruhkan waktu SMA oleh keempat sahabat Kimaya bahwa dia bisa bikin Adian suka padanya. Amazingly, di reuni akhirnya Adian mengakui bahwa sebenarnya Kimaya menang. Dia benar-benar bisa bikin Adian suka padanya.
Cowok itu nembak dia dengan sangat elegan. Tidak secara langsung tapi sangat jelas dan tepat sasaran, di depan semua orang. Padahal Kimaya tidak menginginkan Adian. Cowok itu kecewa. Lalu persahabatan mereka buyar beberapa jam sebelum Kimaya terbang ke Bali.
"Mona, kau di mana?" Kimaya ingin mindfulness, tidak memikirkan yang lain, tidak overthinking. Dia hanya ingin memikirkan Mona saja.
"Aku jemur baju di atas. Yay, kamu sudah balik, Kim! Sama Adian?" Mona memunculkan kepalanya di balkon atas. Dia belum tahu apapun cerita tentang Adian. Kimaya maklum. Aku harus cerita semuanya, putusnya.
Sambil memasak makan siang, Kimaya menjelaskan masing-masing oleh-oleh yang satu demi satu dibuka Mona dengan girang di depannya. Sesekali Mona menyebut nama Adian, berharap cowok itu ikut ke Bali lagi bersama Kimaya. Namun dia juga merasakan sahabatnya itu enggan membicarakan teman yang gantengnya selangit.
"Aku tahu kamu menyimpan banyak pertanyaan, Mon," sahut Kimaya ketika mereka berdua berhadapan makan bakmi goreng dengan sayur rempah eksperimen menu baru Kimaya.
"Ada dua jenis yang mau aku tanya. Yang pertama dulu. Tentang Yuda, bagaimana?" Mona merasa keberadaan Adian selama dua bulan di Bali sudah mengubah mindset Kimaya tentang cinta pertamanya yang sudah tiada.