Pertaruhan Kimaya
Dua tahun berlalu, ketika Kimaya akhirnya menyerahkan uang taruhan sebesar satu juta ke Nishi dan Vanah ketika pelepasan SMA. Dia tidak berhasil menaklukkan Adian, cowok idola satu sekolah. Dia memang tidak ingin, uang itu sudah disiapkan sejak pertaruhan dimulai.
Adian sempat dekat dengannya ketika kelas dua. Mereka bahkan menghabiskan waktu bersama seharian selama beberapa kali. Kimaya menganggap cowok itu sebagai sahabat. Adian pun sebenarnya hanya penasaran tentang Kimaya yang sama sekali tidak tertarik padanya. Beda dengan cewek pada umumnya di sekolah.
Adian tahu tentang taruhan itu namun itu tidak mengganggu Kimaya. Heran, pikir Adian. Ternyata memang Kimaya tidak ada usaha untuk memenangkan taruhan besar tersebut.
Lulus SMA, mereka semua berpisah ke perguruan tinggi yang berbeda. Bahkan beda kota. Kimaya kuliah di Bali. Cita-citanya belajar sambil wisata, paling sempurna kuliah di Bali.
Tidak dinyana, Kimaya bertemu sahabatnya ketika SD, Mona. Jurusannya pun sama, Arsitektur.
"Kamu dulu tidak ingin masuk Arsitektur kan, Kim?" Mona mulai menyelidik karena dia ingat sesuatu di masa lalu.
"Tidak, kedokteran hewan cita-citaku," kata Kimaya sambil melamun menikmati sunset Jimbaran. Kemudian suasana hening selama beberapa waktu. Kimaya tidak terlalu menyadarinya tapi Mona sangat sadar.
"Apakah karena dia?" bisik Mona yang terdengar menggelegar di telinga Kimaya. Dia langsung menoleh ke arah sahabatnya dengan cepat.
"Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" tanya Kimaya bingung. Dia sudah lama melupakan si dia, sahabat lain di SD yang sama juga.