Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

[Urban #3] Friendzone

Diperbarui: 15 Juli 2021   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pim, Ilustrasi katemangostar - www.freepik.com

Pim adalah masa lalu Axl. Mereka bersekolah bersama sejak SMP sampai ke bangku kuliah. Dari awal kenal, Axl sudah mengejar-ngejar Pim. Bukan karena dia suka tapi karena tantangan dari teman-temannya. Dia ingin memenangkan taruhan, bisa mendekati Pim dan menjadikannya pacarnya.

Tapi Pim tahu taruhan itu dan tidak pernah membiarkan Axl mendekatinya. Bahkan Pim membencinya karena itu. Persahabatan mereka tidak lagi sama. Axl juga tidak peduli, yang dia pedulikan adalah kalah taruhan.

Ketika kuliah, mereka ada di kampus dan jurusan yang sama, Manajemen. Hanya teman-teman mereka berbeda. Tidak ada lagi yang mendorong dan memanas-manasi Axl untuk menaklukkan Pim. Axl pun menjauh walau masih berharap bisa menang taruhan. Ini hanya untuk cerita ketika reuni SMP atau SMA.

Ketika masa kuliah pun kelas mereka selalu sama. Untuk membentuk kelompok, Axl masih berusaha satu kelompok dengan Pim. Tapi selalu gagal karena dosen yang membagi kelompok kebetulan tidak bisa mempersatukan mereka. Axl pun tidak berusaha mengajak Pim bicara, dia terlalu sakit hati dicuekin Pim.

Ketika reuni, Axl selalu menjadi bulan-bulanan karena menjadi satu-satunya peserta taruhan yang gagal. Semua teman di cirlenya berhasil mendekati cewek yang menjadi taruhan, kecuali Axl.

"Itu gara-gara sudah ketahuan," kata Axl kesal bila diejek Dio, ketua gengnya.

"Iya, aku yang memberi tahu Pim, karena aku yakin kamu bisa, maka aku berusaha menggagalkan kamu, Axl," Dio terbahak. Mereka tidak saling benci karena tahu pertaruhan itu hanya main-main saja.

"Kamu merusak suasana, jadi bikin susah," gumam Axl yang sudah tidak berminat lagi.

Sejak kuliah teori selesai dan semester disibukkan dengan magang, KKN dan skripsi, Axl sudah tidak memikirkan Pim lagi. Apalagi di semester terakhir sebelum magang, Pim sempat melabraknya karena pertaruhan itu.

"Axl, aku mau bicara sebentar," waktu itu mereka baru selesai melihat hasil nilai semester terakhir. Axl tersenyum sedikit karena baru pertama kali ini Pim memanggilnya. Biasanya dia yang lebih berinisiatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline