Untuk kesekian kalinya aku menghempaskan diri di bean bag empuk di kamar Danto. Dia sedang sibuk mengetem dua gitarnya. Aku diam saja tenggelam dalam bantal, menunggu Danto siap menghadapiku. Dia sahabat setiaku, aku juga harus setia padanya, tidak mengganggu keasyikannya.
Tak sampai lima menit Danto menyapa tanpa beralih dari gitarnya, "Ada apa?"
"Kamu tahu nggak tanda-tandanya kalau ada orang suka sama kamu? Tanpa dia bilang, loh!"
"Tahu," katanya sambil lalu, tetap sibuk dengan caponya. "Dia mengistimewakan kamu."
"Mengistimewakan bagaimana?"
"Dia memperlakukan kamu istimewa, beda kalau dia memperlakukan orang lain."
"Oke, itu aja?"
"Dia lebih suka memberi, tidak meminta dari kamu."
Wah, ahli juga Danto ini, padahal selama dua tahun kami bersahabat tidak pernah ada cerita dia punya cewek. Mungkin mantan-mantannya dulu, sebelum dua tahun yang lalu. Kutanya ah.
"Mantanmu dulu juga gitu, ya?"
"Aku belum pernah pacaran. Denger cerita dari anak-anak band aja, mereka kan sering cerita tentang cewek." Oh ...
"Seru tuh, pasti banyak tipsnya, apa lagi?" Tanyaku antusias.
"Cewek itu suka sama anak band, ya?" Katanya sambil melirikku dengan senyum penuh makna.
"Maksudmu aku? Aku enggak suka. Tapi kayaknya romantis juga kalau dibuatin lagu atau dinyanyiin sama cowok."
"Kan kamu sudah kubuatin pas ultahmu kemarin?"
Danto memang memberi hadiah istimewa tanpa dibungkus.
"Hahaha, iya sih, tapi kamu nyanyi di depan orang banyak, romantisnya ga dapet," jawabku sambil meleletkan lidah. Danto tersenyum. "Apa lagi, nih?"
"Kenapa sih, Sa? Ada yang suka sama kamu?" Danto mulai meletakkan gitarnya dan menatapku bergaya serius tapi sambil tersenyum geli.
"Aku nggak tahu, makanya aku nanya."
"Yang ketiga, dia mudah tersenyum melihat apapun yang kamu lakukan. Walau menurut orang lain itu biasa saja," tukas Danto sambil mengambil gitar keduanya. "Kamu selalu dianggap lucu. Dia mudah tertawa kalau sama kamu."
"Wow, terus, apa lagi?"
"Kepentinganmu di atas segalanya. Dia milih kamu daripada apapun. Kamu penting di dunianya." Itu sudah empat, aku pengin ada tujuh tanda, tujuh angka istimewaku.
"Tiga lagi dong, Tok."
"Biar tujuh?" Danto tertawa, dia menebak dengan tepat.
"Dia mau berubah menjadi baik untuk kamu." Lima.
"Dia selalu membelamu, entah kamu tahu atau tidak. Dia selalu ada di pihakmu. Karena dia belajar untuk mengenalmu dan menerimamu apa adanya." Enam.
"Satu lagi, tujuh ... tujuh!!" Ujarku antusias.
"Yang terakhir," sambil Danto menghela napas. "Dia selalu yang pertama menemukan kamu, menemuimu, membutuhkan kamu."
Aku tercenung, ada yang terasa aneh.
"Sudah ya, aku mau mencoba gitarku dulu," kata Danto sambil memetikkan lagu ... lagu yang dia ciptakan untuk hadiah ulang tahunku tahun kemarin. Aku ingat banget nada dan liriknya, tentang ... dia selalu ada untukku.
Danto, apakah orang yang suka sama aku itu kamu? Semua ketujuh tanda mengarah ke kamu.
Aku satu-satunya cewek yang boleh masuk ke kamarmu tanpa ijin, kecuali teman lelakimu atau keluargamu. Kamu menciptakan aku lagu tanpa kuminta. Kamu selalu tersenyum ketika melihatku marah atau hanya bicara asal saja. Kadang aku merasa kamu menertawakan aku, tapi ternyata baru kusadari kalau kamu suka, jadi kamu tersenyum.
Kamu juga selalu menjawab telponku dan segera menjawab chatku. Bahkan tak ada hari tanpa kamu menyapaku, menanyakan aku mau ngapain hari itu. Sampai temanmu iri, kadang chat mereka lama tak kamu jawab lalu mereka menyuruh aku yang menghubungimu, dan langsung kamu angkat. Kamu juga berubah selama dua tahun ini, ibumu bilang kamu jadi betah di rumah dan aku pertama kali teman cewekmu. Kamu juga pernah membelaku ketika ada teman yang menuduhku yang bukan-bukan. Kudengar kamu yang ngotot mencarikan bukti bahwa aku berniat baik.
Dan yang ketujuh, waktu aku sedang sedih dan ingin lari, menyendiri di suatu tempat, hanya kamu yang bisa menemukanku dan menemaniku. Dua tahun persahabatan ini membuatku tahu, aku butuh kamu dan kamu butuh aku.
Petikan lagu Danto selesai dan dia menatapku, tersenyum.
+++