Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Literasi ala RA Kartini

Diperbarui: 21 April 2020   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kompas.com

Dulu literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis. Semakin luas perkembangan bahasa dan budaya, semakin luas juga arti literasi. Saat ini literasi bukan sekedar kemampuan baca tulis, tapi kemampuan seseorang untuk memberdayakan segenap potensi dan ketrampilan yang dimilikinya untuk memahami situasi dan harapan sosial, ekonomi, politik dan permasalahan dunia lainnya.

R.A. Kartini terbukti sangat visioner bila dihubungkan dengan perkembangan makna literasi tersebut. Kartini dikenal sebagai pejuang pendidikan bagi para perempuan dengan mengajari mereka membaca dan menulis. Namun sebenarnya dia melakukan lebih dari itu. Ada tiga literasi utama yang dia perjuangkan.

1. Literasi Pendidikan

Salah satu tahapan perkembangan manusia setelah dia bisa berbicara dan berjalan adalah bisa membaca dan menulis, serta berhitung. Mestinya ketiganya diajarkan juga oleh R.A. Kartini, tidak hanya membaca dan menulis saja. Dengan menguasai calistung, seseorang bisa belajar apa saja yang dia inginkan. Dia bisa mengetahui apapun dengan rajin membaca. 

Dia bisa membagikan pengetahuannya dengan menulis. Membaca adalah ketrampilan resepsi, pemahaman. Menulis adalah ketrampilan produksi, memahamkan orang lain. Dan dia bisa menguasai logika dan perhitungan angka dan uang dengan kemampuannya berhitung. Dia tidak bisa dimanipulasi dan dibohongi orang lain. Dia punya kuasa atas dirinya sendiri. Dengan kemampuannya, dia bisa mendapatkan pendidikan dan pengetahuan setinggi-tingginya dan sebanyak-banyaknya.

2. Literasi Gender

Yang diajarkan R.A. Kartini adalah menyamakan hak antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dibukakan matanya bahwa dia punya hak yang sama dengan laki-laki. 

Salah satunya adalah hak pendidikan yang dia tuangkan dalam pelajaran membaca dan menulis. Kartini juga tidak hanya mengajar atau mendidik, dia juga memberi teladan kepada para perempuan bahwa dia punya kemampuan membaca dan menulis yang sama dengan saudara laki-lakinya. 

Salah satu buktinya adalah dia bisa berbahasa Belanda, bisa membaca buku-buku Belanda dan bisa menulis surat dalam Bahasa Belanda, yang kita kenal sebagai buku berjudul 'Habislah Gelap, Terbitlah Terang'. Kata sekolah pun dulu hanya untuk para lelaki, Kartini memberi hak tersebut kepada perempuan dengan mendirikan sekolah untuk para perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline