Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Stereotip "Friendzone"

Diperbarui: 29 Februari 2020   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: miro.medium.com

Saya baru saja menonton film Teman Tapi Menikah (2018) jadi teringat film Thailand dengan tema sama Friendzone (2019). Kedua tokoh bersahabat sejak kecil dan setelah 10 tahun atau lebih saling mengungkapkan perasaan. Oh ya ada juga film Indonesia yang dibintangi Afghan, Refrain (2013) dari sahabat akhirnya ... eh jadi spoiler dong.

Saya mau menyimpulkan saja stereotip yang dibentuk berdasarkan beberapa film tadi, yang sebagian besar adaptasi dari novel, entah true story atau fiksi. Sebuah karya fiksi, entah itu novel atau film, adalah representasi dari budaya atau peristiwa dari masyarakat. Karya fiksi itu bisa berupa kemiripan atau malah dengan sarat pesan melawan realita di masyarakat. Tema 'friendzone' adalah representasi realita.

Berikut stereotipnya:

1. Cowok yang menyimpan rasa duluan, yang cewek malah cuek

Padahal katanya cowok itu rasional, tidak ngurusin rasa. Di film-film ini malah sebaliknya.

2. Keduanya pacaran berkali-kali dengan orang lain

Yang Cowok biasanya hanya sebagai pelarian. Dapat pacar setelah Si Sahabat Cewek punya pacar duluan. Ceritanya mau sebagai pengalihan, eh malah jadi kayak playboy yang nyakitin cewek lain.

3. Si Cewek curhat tentang pacarnya pada si Cowok 

Atau keduanya. Tapi biasanya dominan yang Sahabat Cewek yang curhat ke Sahabat Cowok. Lalu Si Cowok mencoba memberi nasihat baik, walau susah.

4. Kalau Si Sahabat Cewek putus yang Sahabat Cowok tepuk tangan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline