Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Dosen Mengajar SD

Diperbarui: 3 Januari 2020   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.rnz.co.nz

Sebagai dosen, saya biasa mengajar mahasiswa di kampus. Usia mereka sekitar 18 tahun ke atas. Walau kadang mereka rame di kelas, mereka masih bisa diingatkan hanya dengan teguran sekali atau dua kali. Mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab lebih dalam keberlangsungan kelas. Mereka sudah membayar mahal dengan uang dan waktu, jadi lebih punya passion. Pilihan jurusan juga umumnya karena minat mereka, jadi pasti menyukai mata kuliah yang ada dan haus akan ilmunya.

Namun, Senin depan saya akan memulai mengajar di Sekolah Dasar, siswa kelas V, usia sekitar 11 tahun. Panik? Pasti, karena tidak biasa.

Program pengajaran ini adalah salah satu tugas dosen dalam tridharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. Saya akan mengajar siswa-siswi SD tentang Komunikasi Digital, dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan usia mereka.

Menantang? Iya karena tahun 1994 lalu saya pernah mengajar TK dan SD pelajaran Bahasa Inggris dan masih ingat hiruk pikuknya. Pasti anak sekarang pun tidak jauh berbeda. Konsentrasi mereka mudah terpecah.

Tantangan lain adalah materi yang akan saya sampaikan: Komunikasi Digital. Jaman sekarang atau Anak Jaman Now sudah tidak asing lagi dengan alat-alat digital apalagi alat komunikasi yang bisa disebut dengan 'gawai digital' atau smartphone. Saya akan mengajarkan pengetahuan, manfaat dan fungsinya.

Pasti mereka sudah tahu sebagian tapi tetap perlu diajarkan secara terstruktur karena ada kemungkinan yang mereka ketahui tidak lengkap atau malah belajar dari sumber yang tidak benar karena mereka belajar sendiri atau hanya tahu dari teman sebaya yang tingkat pengetahuannya tidak jauh beda. Jangan sampai saya malah kena Jebakan Batman, mereka sudah tahu semuanya.

Tantangan terakhir adalah teknik mengajar. Saya harus bisa mendapatkan perhatian mereka supaya materi bisa mereka pahami. Sampai saat ini saya masih belum punya ide bagaimana selain mencari bentuk-bentuk permainan dan kompetisi.

Mereka juga harus aktif bergerak supaya tidak bosan. Dua jam pelajaran yang mungkin hanya 70-80 menit bisa terasa selamanya bila saya tidak siap.

Adakah tips dari Para Pembaca?

+++

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline