Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Siapa Pahlawan Kita?

Diperbarui: 11 November 2019   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenangan 17-an 2019 | Dok. Pribadi

Sudah pasti bila kita bicara tentang pahlawan di Hari Pahlawan 10 November arahnya ke para pendahulu kita yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Bagaimana bila saya usul ada pahlawan kita selain itu?

Mulai tahun 2010 saya berpikir sesuatu yang lain. Menurut saya, definisi pahlawan adalah orang yang berjasa menyelamatkan hidup kita sehingga hidup kita menjadi lebih baik. Jadi di Hari Pahlawan saya tidak berhenti teringat hanya pada para pahlawan perjuangan kemerdekaan.

Mulai tahun 2010 juga bila ke gereja saya selalu mendoakan lima hal: 1) arwah orang meninggal, 2) lansia dan orang sakit, 3) para rohaniwan yang mendidikasikan hidupnya untuk Tuhan, 4) orang berjasa pada hidup kita dan 5) keluarga saya. Doa keempat itu yang saya dedikasikan pada para pahlawan hidup saya.

Lalu saya mulai berpikir siapa saja yang berjasa dalam hidup saya. Suatu pencerahan melintas dalam pikiran saya suatu hari. Kalau definisi itu yang saya pakai, semua orang tanpa kecuali harus didoakan bila mengubah hidup saya menjadi lebih baik.

Yang menurut saya out of the box adalah pikiran saya tentang bahwa pahlawan itu termasuk orang-orang yang memperlakukan saya dengan tidak baik. Mereka mulai saya doakan karena saya pikir karena perlakuan merekalah saya menjadi lebih baik a.k.a menjadi lebih hati-hati dalam bertindak.

Beberapa teman yang saya rasa tidak menyukai saya pun saya doakan. Mereka membuat saya mengkoreksi diri, mana saja yang membuat mereka tidak suka. Ada juga yang suka mengejek ataupun membully saya. Saya doakan karena mereka pahlawan bagi hidup saya untuk menjadi lebih kuat.

Dengan lebih sering melihat secara positif perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan, saya malah bisa menjadi lebih percaya diri. Lebih bahagia terutama bila ingat dengan perlakuan itu saya bisa memperbaiki diri. 

Misalnya, atasan saya pernah membully saya dengan memberi tugas yang sangat banyak dan membatasi gerak saya, bahkan saya tidak boleh pulang sebelum yang lain pulang. Beberapa teman menyuruh saya untuk melaporkan atau melawan. Waktu itu saya tidak berani.

Namun sekarang ini saya melihat atasan saya itu sangat berjasa karena membuat saya berkeputusan untuk kalau saya menjadi atasan, saya tidak akan seperti dia. Saya ingin lebih baik. Saya belajar banyak dari hal 'tidak baik' dari dia.

Perlakuan jahat yang saya terima tidak akan saya lakukan pada bawahan saya. Pelajaran yang sangat berharga. Dia pahlawan saya. Minimal, dia bisa menjadikan saya pemimpin yang lebih baik dari dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline