Lihat ke Halaman Asli

Karya Tulis Juara Harapan Lomba Esei MuDA KOMPAS, Kompas Gramedia Fair, JEC 2010

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BERSEPEDA, MENYEHATKAN DIRI DAN LINGKUNGAN

Oleh: Bernardia Vitri Arumsari

[caption id="attachment_67520" align="alignleft" width="300" caption="Ruang Tunggu Sepeda"][/caption]

Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang cara mengurangi polusi dengan sepeda. Saya optimis dengan penggunaan sepeda dalam program Bike to Work dan Sego Segawe yang minimal tidak akan menambah polusi yang kian menjadi. Sebagaimana kenyataannya, sepeda tidak memproduksi karbon monoksida. Maka seharusnya, orang yang memiliki pikiran go green juga memiliki pandangan yang sama terhadap tulisan ini. Pertama, saya akan mengenalkan manfaat menggunakan sepeda. Kedua, saya ingin memberikan cara pemanfaatan sepeda untuk pengurangan polusi. Dan yang ketiga, saya akan melihat dari sisi realita, bagaimana perkembangan pemanfaatan sepeda serta memberikan solusi terbaik jika suatu permasalahan dalam pemanfaatan sepeda ini muncul.

Telah banyak komunitas sepeda di daerah, baik komunitas sepeda dalam kampung, sekolah, maupun dalam dunia kerja. Sejak dicanangkan program-program bersepeda, khususnya Yogyakarta dengan Sego Segawe-nya, pemerintah mulai memperhatikan dengan membangun ruang tunggu sepeda di perempatan-perempatan jalan yang sering dilalui sepeda.

Segala sesuatu yang terjadi, sudah pasti ada sebabnya. Berlaku bagi ruang tunggu sepeda di perempatan itu. Pemberian ruang tunggu ini disebabkan karena pemerintah memandang bahwa penggunaan sepeda itu baik adanya. Apalagi di jaman yang serba kemana-mana butuh BBM.Ini berarti juga pemerintah peduli dengan lingkungan yang dari penggunaan sepeda dapat dilihat bermacam manfaat. Manfaat itu antara lain; tidak menambah polusi udara, hemat pengeluaran BBM, badan menjadi sehat, membentuk tubuh yang ideal, meningkatkan stamina dan membuat suasana hati bahagia. Dari program yang dicanangkan pemerintah, akhirnya banyak jugamasyarakat yang berkesadaran untuk hidup lebih sehat melalui bersepeda. Karena banyaknya komunitas yang muncul, maka manfaat bersepeda bertambah pula, yaitu interaksi sosial.

Banyak dari mereka yang mengaku menyukai bersepeda karena manfaat-manfaat yang disebutkan tadi. Contohnya seorang pelajar SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang bernama Tutut. Tutut menyebutkan bahwa setiap harinya bike to study menempuh perjalanan kurang lebih empat kilometer pulang-pergi. Dan dia mengakui kebenaran manfaat-manfaat bersepeda yang disebutkan tadi.

Nah, fokus kita kali ini adalah manfaat yang paling mengena langsung dengan kehidupan sehari-hari kita yaitu bersepeda sebagai tindakan mengurangi polusi udara.

Indonesia dengan persebaran penduduk yang belum merata menyebabkan kota besar mulai merasakan imbasnya. Asap knalpot kendaraan; bus, truk, mobil, dan motor seakan telah menjadi rutinitas yang ditemui di jalanan. Bahkan di kota Yogyakarta, yang berdasar laporan tingkat kenyamanannya 65%, berdasar pengalaman, kota ini pula penuh asap. Bukan hanya polutan udara yang berupa knalpot. Pembakaran sampah dan terbakarnya hutan secara disengaja maupun tak disengaja juga menjadi permasalahan yang tiada henti di Indonesia. Belum lagi pemanasan global, es di kutub mencair, matahari semakin panas, jadilah anak cucu kita akan mati tanpa air. Jika kota luar pulau Jawa berasap karena kehendak matahari di hutan kering, maka Jawa berasap karena manusianya sendiri.

Wali Kota Yogyakarta, mengerti bahwa Yogyakarta butuh suatu koridor jalan tanpa asap kendaraan mengepul. Mungkin tidak mungkin ada koridor jalan yang seperti itu. Dengan kreatifitas yang ada, maka Oktober 2008 lalu program Sego Segawe diluncurkan. Berkenaan dengan itu, jalan alternatif bersepeda diberikan, begitu pula dengan ruang tunggu sepeda di perempatan. Sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe ini ditanggapi antusias oleh masyarakat Yogyakarta. Pengembangan program bersepeda juga dilakukan di daerah lain.

Bersepeda tidak hanya di waktu senggang lebih baik. Bersepeda untuk ke mana saja murah dan cinta lingkungan. Saat pergi ke sekolah dan pergi ke kantor adalah salah satu pemanfaatan yang paling nyata manfaatnya jika dilakukan setiap hari. Badan sehat, bersemangat, masyarakat pun akan mulai mengikuti, karena pionir dunia tanpa polusi sudah datang. Dialah sang ‘penggenjot’ pedal sepeda.

Pada kenyataannya banyak hal yang dipikirkan untuk memulai hidup dengan bersepeda. Mulai dari harga sepeda, postur tubuh yang gemuk, pandangan masyarakat, bahaya bersepeda, hingga kecepatan sepeda.

Untuk harga sepeda, tidak perlu menggunakan sepeda yang bermerek. Sepeda onthel saja mencukupi. Tergantung niat, mau menyehatkan tubuh dan lingkungan, atau pamer sepeda. Untuk postur tubuh yang gemuk seharusnya juga tidak menjadi masalah. Berbagi cerita saja, ada suami guru saya yang badannya sungguh-sungguh ‘gendut’. Tetapi dia dengan ‘enaknya’ mengendarai sepedanya sampai ke tempat-tempat yang jauh bersama komunitas sepedanya. Untuk pandangan masyarakat, cobalah menepis pandangan negatif yang muncul dari benak anda. Masyarakat yang berpikir jika bersepeda itu melawan arus jaman, berarti tidak tahu manfaat bersepeda. Jika pandangan itu muncul dari diri anda sendiri, berpikirlah manfaat yang ingin anda dapatkan dari niat bersepeda anda, dan bersepedalah. Untuk bahaya bersepeda, cek sepeda sebelum menggunakannya. Dapat ditambahkan pula perlengkapan seperti helm sepeda dan pelindung siku. Untuk kecepatan sepeda, jika jarak yang ditempuh lumayan jauh, berusahalah mengatur waktu keberangkatan atau berusahalah memacu sepeda. Jangan pernah menganggap bersepeda hanya membuang waktu, karena yang kita kejar dari bersepeda adalah manfaatnya.

Dalam bersepeda, banyak hambatan yang terkadang muncul. Dan sebagian besar itu dari diri kita. Tinggal bagaimana pintarnya kita berpikir jika apa yang kita perbuat adalah untuk lingkungan dan untuk diri sendiri. Kota yang semakin panas sesak oleh asap kendaraan semoga membuat kita semakin sadar pentingnya kendaraan tanpa pengeluaran karbon monoksida.

Wahai ‘penggenjot’ sepeda, dimana peluhmu bercucuran di jalan, disitulah akan hidup secercah harapan udara segar tanpa polutan.

Tulisan saya ini memenangkan Juara Harapan 2 dalam lomba Esei MuDA KOMPAS yang diselenggarakan tanggal 30-31 Januari 2010 dengan waktu pengumuman adalah 3 Februari 2010. Rangkaian lomba ini diselenggarakan Kompas Gramedia Fair 2010 di Jogja Expo Center.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline