Lihat ke Halaman Asli

Pemanasan Global dan Penurunan Muka Tanah di Pantura

Diperbarui: 18 November 2021   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh: Uzlifati Izza Mursyida

Isu mengenai akan tenggelamnya kota Jakarta dan beberapa kota-kota lainnya di pesisir utara pulau jawa semakin marak dibicarakan. Tentu hal tersebut membuat masyarakat was-was akan kelangsungan hidupnya di masa mendatang, dimana mereka akan tinggal, bagaimana mereka akan mencari nafkah, bagaimana masa depan anak cucu mereka dan masih banyak lagi keresahan-keresahan masyarakat yang tinggal di pesisir utara pulau jawa.

Pemanasan global dan penurunan laju muka tanah disebut-sebut menjadi faktor utama ancaman tenggelamnya wilayah-wilayah di pesisir utara pulau jawa. Pemanasan global merupakan suatu fenomena global yang disebabkan oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah karena kegiatan manusia khususnya yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil serta kegiatan alih fungsi lahan. Kenaikan jumlah populasi manusia berbanding lurus dengan kenaikan kadar konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfir. 

Hal tersebut menjadikan efek rumah kaca berkaitan erat dengan pemanasan global. Efek rumah kaca (greenhouse effect) adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan suhu bumi yang diakibatkan suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer bumi. Akibatnya suhu bumi yang meningkat menyebabkan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem kita.

Peningkatan suhu bumi menyebabkan terjadinya peningkatan pencairan volume es di wilayah kutub, sehingga menyebabkan kenaikan muka air laut. Mencairnya glasier dan es di kutub menyebabkan kenaikan muka air laut sehingga terjadilah beberapa bencana seperti abrasi, banjir rob, dan lain-lain. Hal tersebut kemudian mengakibatkan beberapa wilayah di pesisir utara pulau jawa terendam air laut.

Di sisi lain penurunan muka tanah (land subsidence) juga turut andil dalam ancaman tenggelamnya wilayah pesisir utara pulau jawa. Penurunan muka tanah adalah peristiwa alam yang terjadi secara perlahan-lahan yang diakibatkan oleh banyak hal beberapa di antaranya adalah pembebanan di atas permukaan, gempa yang mengakibatkan rusaknya struktur tanah, hilangnya air tanah akibat eksploitasi berlebihan, dan sebagainya.

 Penurunan muka tanah secara tidak langsung merupakan pemaksaan pemadatan struktur tanah yang belum padat menjadi padat. Biasanya terjadi di daerah yang tadinya berupa delta, rawa, endapan banjir, dan sebagainya yang dialih guna lahannya tanpa melalui proses rekayasa tanah terlebih dahulu. Penurunan muka tanah memang terkadang tidak ekstrem, tetapi apabila terjadi terus menerus maka akan berdampak lebih besar terhadap kehidupan manusia. Penurunan muka tanah yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan ketinggian topografi suatu wilayah semakin rendah, dan wilayah di pesisir pantai akan lebih merasakan dampaknya seperti sering terkena banjir rob.

Kedua faktor di atas seakan sepakat berkolaborasi untuk menenggelamkan wilayah-wilayah di pesisir utara pulau jawa. IPCC memprediksi kenaikan muka air laut hingga tahun 2100 adalah 0,8 -- 1 m, sehingga dapat diartikan dari sekarang hingga tahun 2100 akan terjadi kenaikan air laut minimal 1 cm/tahun. Prediksi tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Prof. Hasanudin Z. A., dkk dari ITB menggunakan data pasut pengukuran tahun 1984-2004 (20 tahun) yang menunjukkan telah terjadi tren kenaikan muka air laut sebesar 1 cm/tahun. Akibatnya genangan air laut semakin meluas di dataran pesisir rendah seperti Jakarta dan wilayah-wilayah di pesisir utara pulau jawa. 

Selanjutnya mengenai penurunan muka tanah, dataran rendah di Jakarta dan wilayah-wilayah pesisir utara pulau jawa umumnya tersusun oleh endapan aluvial sungai yang belum terkonsolidasi, sehingga sangat rentan terhadap proses kompaksi alamiah dan pemadatan oleh beban bangunan. Pertumbuhan kota dengan segala jasa pelayanannya dan tekanan demografi menuntut pengembangan wilayah dan pemanfaatan sumber daya alam termasuk air tanah. Pengambilan air tanah yang berlebihan berimplikasi terhadap penurunan muka tanah secara signifikan contohnya Jakarta. 

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Heri Andreas dkk., dari ITB menyatakan bahwa Kota Jakarta mengalami penurunan muka tanah dengan intensitas 1-20 cm/tahun, di beberapa lokasi bahkan ada yang sampai mencapai 25 cm/tahun, dengan rata-rata laju penurunan muka tanah sekitar 15 cm/tahun. Hingga kini sudah 14% daerah di Jakarta berada di bawah rata-rata muka air laut dan akan terus meningkat di masa mendatang jika tindakan pencegahan tidak segera dilakukan.

Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, merupakan salah satu wilayah pesisir utara pulau jawa yang terancam tenggelam. Bahkan bisa dikatakan beberapa desa telah tenggelam akibat kenaikan muka air laut dan juga penurunan muka tanah. Bosman Batubara, seorang peneliti di University of Amsterdam mengatakan, penurunan muka tanah di Sayung mencapai 10 cm/tahun, sedangkan kenaikan permukaan air laut mencapai 0,5 cm/tahun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline