Lihat ke Halaman Asli

uyun quratul

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Simbol Status Sosial: Pakaian Adat Daerah Dompu, Nusa Tenggara Barat

Diperbarui: 17 November 2024   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Pakaian Adat Suku Bima Dompu. Sumber: Pesona Bima Dompu

Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat sejarah. Bukan hanya peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di wilayahnya, tetapi juga melalui kekayaan budaya dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap elemen dalam kehidupan masyarakat Dompu, termasuk seni, bahasa, dan terutama pakaian adatnya, berkontribusi pada peristiwa sejarah yang unik.

Pakaian adat Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) bukan sekadar pelengkap dalam acara adat atau ritual budaya. Lebih dari itu, pakaian ini menjadi simbol status sosial yang mencerminkan hierarki dan peran dalam masyarakat. Dalam adat Dompu, jenis kain, motif, warna, dan aksesori yang dikenakan seseorang menunjukkan posisi atau status sosialnya.

Misalnya, penggunaan kain songket dengan motif khas Dompu dan bahan dari sutra atau benang emas biasanya dikenakan oleh kalangan bangsawan atau mereka yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat. Begitu juga dengan hiasan kepala dan perhiasan emas yang dikenakan oleh kaum perempuan, yang menunjukkan martabat dan keistimewaan mereka dalam struktur sosial.

Warna juga memegang peran penting dalam simbolisme pakaian adat Dompu. Warna-warna cerah, seperti merah dan emas, sering kali melambangkan kekuasaan atau kebangsawanan. Sementara warna yang lebih netral dipakai oleh masyarakat umum, yang mencerminkan sifat rendah hati dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Pakaian adat Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki makna yang mendalam sebagai simbol status sosial. Sarung Nggoli dan Rimpu adalah dua jenis pakaian yang mencerminkan identitas dan kedudukan sosial pemakainya. Sarung Nggoli, yang terdiri dari dua lembar kain, digunakan oleh semua kalangan, tetapi warna dan motifnya menunjukkan status. Merah dan kuning melambangkan bangsawan, sedangkan biru untuk masyarakat biasa.

 Rimpu dan Sanggentu khususnya, sebagai pakaian khas perempuan. Rimpu merupakan kain sarung yang dililitkan ke wajah yang menyerupai jilbab atau hijab. Sedangkan satu lembar kain sebagai bawahan mirip rok yang dililitkan pada pusar dan dijuntai ke bawah disebut sebagai Sanggentu tembe. Perempuan yang sudah menikah mengenakan Rimpu Colo, sedangkan yang belum menikah memakai Rimpu Mpida. Sementara untuk laki-laki, ada Katente dan Saremba Tembe namanya. Laki-laki yang sudah menikah menggunakan Katente, sementara Saremba dipakai oleh yang belum menikah.

Pakaian ini juga berfungsi sebagai penutup aurat. Dalam konteks ini, Rimpu berperan sebagai tanda kesopanan dan kehormatan bagi pemakainya, memperkuat posisi perempuan dalam struktur sosial. Melalui pakaian ini, perempuan Dompu mengekspresikan diri sekaligus mematuhi norma yang berlaku. Selain itu, pakaian adat laki-laki seperti Katente Tembe juga memiliki makna simbolis. Katente dikenakan sebelum atau setelah bekerja, melambangkan wibawa dan kesopanan. Sebaliknya, Saremba digunakan saat bekerja di ladang, menunjukkan semangat kerja keras serta menunjukkan hubungan erat antara budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pakaian adat ini menjadi cara bagi masyarakat untuk menjaga dan menghormati nilai-nilai leluhur. Setiap lapisan dalam kain, setiap sulaman, dan setiap aksesori yang dikenakan, memiliki cerita dan makna yang mendalam tentang sejarah dan identitas masyarakat Dompu. Pakaian ini bukan hanya karya seni, tetapi juga simbol keagungan tradisi dan penghormatan terhadap nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun. Dengan begitu, pakaian adat Dompu bukan hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga media untuk memperkuat identitas budaya dan menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur.

Secara keseluruhan, pakaian adat di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), tidak hanya sekadar busana, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan tentang identitas, status, dan nilai-nilai budaya. Dalam konteks modernisasi, penting untuk mempertahankan warisan budaya agar tidak hilang ditelan zaman. Dengan demikian, pakaian Dompu menjadi simbol penting dalam memahami dinamika sosial masyarakat di Nusa Tenggara Barat, khususnya Bima dan Dompu. Melalui pakaian, kita juga dapat melihat bagaimana tradisi dan modernitas saling berinteraksi.

Penting bagi generasi mendatang untuk menghargai dan melestarikan pakaian adat seperti Rimpu umumnya. Dengan memahami makna simbolis di balik pakaian tersebut, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Oleh karena itu, upaya untuk melestarikan pakaian adat ini harus melibatkan pendidikan dan kesadaran kolektif, di mana generasi muda diajak untuk mengenal dan merasakan langsung pengalaman budaya mereka melalui berbagai kegiatan, seperti festival budaya dan pelatihan keterampilan menjahit, sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pelaku aktif dalam menjaga warisan budaya yang kaya ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline