Politik berasal dari kata dalam bahasa Yunani polis yang sama dengan city atau city state dalam bahasa Inggris. Kata polis juga menginspirasi munculnya kata politicos (kewarganegaraan) dan politike techen (kemahiran berpolitik). Bangsa Romawi kemudian menggunakan istilah tersebut dan menambahkan ilmu kenegaraan. Dikutip dari KBBI, politik adalah ilmu tata negara misal sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan.
Gereja Katolik memiliki dasar keterlibatan Gereja dalam politik dunia tidak terlepas dari sejumlah pendasaran alkitab maupun ajaran Magisterium Gereja. Dalam kisah penciptaan, dikisahkan bahwa manusia diciptakan menurut Gambar dan Citra Allah, lalu diberi tugas dan tanggung jawab untuk melanjutkan karya-karya di bumi ini. Manusia juga dipercayakan oleh Allah untuk menata kehidupannya sendiri (Kej. 1:28). Dari kitab kejadian ini kemudian dilanjutkan oleh Nabi Yeremia dalam Yer. 29:7 yang berisi " Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."
Dalam sejarah politik Indonesia, semua perubahan politik itu terjadi dilakukan oleh mahasiswa dan anak-anak muda. Sebagai generasi muda milenial yang akan menentukan bagaimana Indonesia kedepannya, kita harus sadar bahwa hal ini bukan hanya sekedar pertarungan politik semata, tetapi juga pertarungan gagasan. Karena itulah, kita harus mempertahankan demokrasi Indonesia, jangan sampai kita membiarkan Republik Indonesia ini dibangun oleh suatu politik dinasti bagi yang memiliki kekuasaan di negara ini. Oleh karena itu, cara yang harus kita upayakan agar hal tersebut tidak terjadi dengan memperbanyak membaca buku dan menonton segala hal yang berbau politik, dengan begitu kita bisa tahu tentang politik Indonesia sejak era orde lama, hingga sampai saat ini.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 mencapai 204.807.222 pemilih. Sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen pemilih dari generasi milenial. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85 persen. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih. Angka tersebut menunjukkan Gen Z dan milenial memiliki potensi untuk membentuk perubahan dan memberikan kontribusi positif dalam pengambilan keputusan.
Banyak dari gen Z dan milenial yang menganggap bahwa pesta demokrasi hanya bertujuan untuk kepentingan beberapa golongan. Keputusan untuk golput atau menggunakan hak pilih sebenarnya merupakan hak pribadi setiap individu. Sebagai warga negara, gen Z dan milenial yang sudah cukup umur memiliki kewajiban untuk menyukseskan pemilu 2024 dengan menggunakan hak pilihnya.
Gereja pun menjelaskan bahwa panggilan awam Katolik terutama generasi muda milenial untuk terlibat di dalam bidang politik memiliki dasarnya yang kuat. Keterlibatan itu hendaknya dilaksanakan karena dua alasan pokok:
Terdorong oleh cinta akan bangsanya dan oleh rasa tanggung jawab akan tugas-tugas sebagai warga negara untuk memajukan kesejahteraan bersama (bonum publicum).
Mengabdikan kecakapan dan bakatnya untuk berpolitik tanpa memperhitungkan kepentingan pribadi atau keuntungan materiil bagi terwujudnya kesejahteraan umum (bonum commune).
Maka dari itu, sebagai generasi muda milenial tentunya kita harus berperan aktif dalam keterlibatan dalam dunia politik, hal tersebut bertujuan karena generasi muda milenial merupakan hal yang sangat riskan karena kitalah yang akan melakukan perubahan dan menentukan kemanakah politik itu akan dibawa. Jangan sampai politik Bangsa Indonesia kedepannya akan melenceng dari jalan yang seharusnya. Jangan sampai karena generasi muda milenial ini gelap politik, politik demokrasi bangsa Indonesia ini akan berubah karena sikap semena-mena dari pemerintah yang mulai menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan kekuasaan.
Terutama dalam pemilu tahun 2024 ini, pastinya tidak semua dari mereka yang mencalonkan diri untuk menjadi calon presiden, calon wakil presiden, maupun calon legislatif itu mencalonkan diri dengan cara yang halal dan legal. Pastinya banyak dari mereka yang "menggunakan orang dalam" hanya untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Dan cara konkrit kita sebagai generasi muda milenial adalah dengan ikut berperan aktif untuk mencoblos pilihannya sesuai yang diajarkan oleh Gereja yaitu untuk menciptakan kesejahteraan bersama (bonum publicum) dan mewujudkan kesejahteraan umum (bonum commune).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H