Lihat ke Halaman Asli

Uwes Anis Chaeruman

Pemerhati Teknologi Pendidikan

Merdeka Belajar Jilid 2: Sekadar Contoh

Diperbarui: 23 Desember 2019   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelumnya penulis telah menulis artikel dengan judul Memaknai Kemerdekaan Belajar Mas Mendikbud Nadiem Makarim. Kali ini penlis melanjutkan dengan memberikan contoh konkrit bagaimana merdeka belajar itu sejatinya terjadi dalam kelas. 

Inti "merdeka belajar" adalah memberikan kendali belajar yang lebih besar kepada siswa. Sehingga siswa terbiasa menetapkan tujuan, mengambil keputusan dan bertindak. mengacu pada teori self-deteminant theory (Ryan & Deci, 2000) atau autonomus learning (Knowles, 1976). Dewasa ini lebih dikenal dengan self-regulated learning dalam konteks andragogy dan self-determined learning dalam konteks heutagogy (Hase & Kanyon, 2007). Merdeka belajar, bukan berarti independence learning, dalam arti  "bebas euy", belajar tanpa guru. Tapi, harus tetap ada guru yang meng"orkestrasi" proses pembeajaran. 

Penulis mencoba menggambarkan "merdeka belajar", sekedar contoh, dalam tiga kasus ilustratif sebagai berikut:

Kasus Ilustratif 1: 

Tujuan: Siswa kelas 4 SD, dapat membedakan zat cair, padat, dan gas

Aktivitas Pembelajaran:

1. Diluar ruang kelas, siswa dibagi dalam tiga kelompok. Klp 1 berpegangan erat, Klp 2 cukup merapat, Klp 3 renggang. Salah seorang siswa  diminta menerjang kelompok-kelompok tersebut. Semua kelompok, duduk berkumpul dan mendiskusikan apa yang terjadi.

2.  Setiap kelompok  diminta mengambil apa saja yang bisa di bawa dari sekitar luar sekolah. Kemudian diminta mengklasifikasikan mana yang kategori padat, cair dan gas. 

3. Setiap kelompok diminta untuk secara kreatif mempresentasikan hasil klasifikasi dan menjelaskan hasil klasifiksinya. Guru memoderasi proses diskusi dengan memberikan beberapa clue, afirmasi dan klarifikasi yang relevan. 

4. Siswa kembali ke kelas, dilanjutkan dengan diskusi, demonstrasi dan prkatek menantang dari guru.

5. dan selanjutnya

Kasus Ilustratif 2: 

Tujuan: Siswa kelas 4 SD, dapat membedakan zat cair, padat, dan gas

Aktivitas Pembelajaran:

1. Diluar ruang kelas, siswa dibagi dalam tiga kelompok. Klp 1 berpegangan erat, Klp 2 cukup merapat, Klp 3 renggang. Salah seorang siswa  diminta menerjang kelompok-kelompok tersebut. Semua kelompok, duduk berkumpul dan mendiskusikan apa yang terjadi.

2. Guru memberikan waktu sebanyak 5', memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk memtoret apa saja yang ada di sekitar lingkungan sekolah dengan handphonenya masing-masing. Setelah itu kembali kedalam kelas dan berkelompok.

3. Guru memberikan tugas menantang kepada setiap kelompok dengan cara meminta mereka mengklasifikasikan hasil pemotretan tersbut kedalam kelompk padat, cair dan gas. Guru memberikan kewenangan (otonomi) kepada kelompok untuk secara kreatif menyajikannya dengan cara kelompok masing-masing. Jika senang dengan slide presentasi, silakan. Jika ingin menyajikan dengan lagu (parodi), silakan. Kelompok diberi kebebasan untuk menjelaskan hasil kerjanya dengan cara masing-maing.

4. Setiap kelompok diberi kesempatan yang sama untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya. Setiap siswa dari kelompok lain diperkenankan untuk mengkritisi dengan bertanya atau klarifikasi atau memberikan ide konstruktif. Guru memoderasi proses pembelajaran dengan penuh antusias dan bijak.

5. Sebagai pentutup. Guru memberikan tindak lanjut dengan cara menugaskan siswa sharing hasil belajar hari ini dengan cara menuangkannya kedalam instagram atau facebook (sosial media) masing-masing siswa. Siswa diminta menuliskan apa yang terjadi, dan menggambarkan hasil belajar hari ini. Guru juga menganjurkan agar sharing via sosial media tersebut mendapat komentar atau masukan minimal dari ornag tua dan lima orang teman lainnya di luar sekolah tersebut. 

Kasus Ilustratif 3: 

Tujuan: Siswa kelas 4 SD, dapat membedakan zat cair, padat, dan gas

Aktivitas Pembelajaran:

1. Guru masuk dalam kelas dengan membawa laptop dan lcd projector

2. Guru menjelaskan tentang zat cair, padat dan gas menggunakan slide presentasi yang diproyeksikan melalui LCD projector. Lengkap dengan animasi, bahkan video dari internet yang cukup menarik.

3. Guru melakukan tanya dan jawab dengan siswa. 

4. Sebagai penutup, setelah kesimpulan, guru memberikan pekerjaan rumah. 

Berdasarkan tiga kasus ilustratif tersebut di atas, manakah pembelajaran yang memberikan kemerdekaan belajar? Apakah kasus ilustratif 1, 2, atau 3? 

Pembaca yang budiman, penulis ingin menyampaikan bahwa kasus ketiga adalah pembelajaran kuno dengan teknologi modern dan tidak memberikan kemerdekaan belajar. Dalam kasus ilustratif 3, terlihat jelas bahwa kendali belajar sepenuhnya ada di tangan guru (teacher-centered learning). Guru menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi penonton utama dalam sinteron pembelajaran di kelas. Penulsi pernah melakukan survey di tahun 2009 bersama worldbank terhadap beberapa rintisan sekolah bertaraf internasional. Apa yang terjadi di kelas? sebagian besar seperti kasus ilustratif 3. Ditinjau dari sisi penerapan TIK dalam pembelajaran, kasus ilustratif 3 menunjukan proses MENGAJAR dengan TIK, bukan MEMBELAJARKAN dengan dan melalui TIK.  Mengajar dengan TIK tidak memberikan kemerdekaan belajar. Jika guru mengajar dengan TIK, maka perannya dapat digantikan oleh mesin/robot, atau digantikan oleh video guru yang sedang mengajar. 

Kasus ilustratif 1 adalah contoh pembelajaran modern dengan teknologi sediakala. Kasus ilustratif 2 adalah contoh pembelajaran modern dengan teknologi modern. Keduanya, memberikan kemerdekaan belajar kepada siswa. Dalam kasus ilustratif 2 dan 3 terlihat jelas bahwa guru memberikan kendali belajar sepenuhnya kepada siswa baik secara individu atau kelompok. Guru memberikan otonomi kepada siswa untuk memilih dan menentukan sendiri obyek foto, bagaimana mengklasifikasikan foto, serta kebebasan dalam cara menyajikan proses dan hasil belajarnya. Sehingga, siswa menjadi pemain utama dan guru menjadi sutradara dalam sinetron pembelajaran di kelas. Jika guru seperti dalam kasus ilustratif 1 dan 2, sebagai orkestartor pembelajaran di kelas, maka perannya tidak akan pernah tergantikan oleh mesin. Sampai kapanpun. Bahkan, kasus ilustratif 2 menggambarkan proses membelajarkan dengan dan melalui TIK. Handphone, komputer dan media sosial dijadikan sebagai tool pembelajaran. 

Jadi, sebagai guru penggerak yang akan memberikan kemerdekaan belajar kepada siswa, ketika membuat RPP, apakah:

A. kita memikirkan materi apa yang akan kita pelajari; atau

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline