Lihat ke Halaman Asli

Ngomongin Seni dan Budaya

hai saya suka menulis puisi, menggambar, dan curhat.

6 Hal Menarik di Film Perburuan

Diperbarui: 28 Agustus 2019   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kredit : Instagram Falcon Pictures

Film Perburuan membosankan, itu komentar saya begitu keluar dari bioskop. Semembosankan itukah?

Sebenarnya tidak. Ada film yang jauh lebih jelek dibandingkan Film Perburuan. Serius! Film itu hanya berhasil satu hari tayang di bioskop kata teman saya yang jadi tim promosinya. Ah, bagaimana dengan film adaptasi novel Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer?


Sebenarnya bagus, hanya memang ada lebih banyak hal yang belum digali, menurut saya. Namun, saya tidak akan membahas kekurangannya di sini. Sudah ada banyak yang mengulas. Film Perburuan banyak hal positif juga yang bisa diambil kok, jadi tidak seburuk seperti yang diomongkan banyak orang, misalnya....

Peran Ayushita bikin jatuh cinta

Meski perannya di film ini tidak banyak, Ayushita yang berperan sebagai Ningsih cukup membuat saya jatuh cinta. Dia menjadi guru di sebuah sekolah sekaligus tunangan Hardo (Adipati Dolken).

Ningsih yang lemah lembut sempat membuat saya hampir meneteskan air mata dengan perkataan-perkataannya yang bijak. Saya lupa dialognya, yang jelas saya suka. Sayang sekali dia harus tertembak dan tidak tertolong di akhir cerita.

Monolog Hardo dalam gua
Akhirnya saya sependapat dengan teman bahwa monolog Hardo di dalam gua cukup menarik. Hardo bermain korek, ia nyalakan kemudian berbicara seorang diri. Di sela-sela monolognya ia membelalakkan mata, kadang tertawa, menghabiskan waktu dengan berceloteh.

Setelah ia ditinggalkan teman-temannya, ia tinggal seorang diri memang, bersembunyi. Dalam monolog itu, keluarlah kata-kata puitis dengan emosi-emosi yang bikin kamu mengernyitkan dahi. Saya malah sempat berpikir, Hardo gilakah?

Hardo adalah tentara PETA, PETA dibentuk oleh Jepang. Hardo menempati markas di Blora. Saat mendengar Soepriyadi melakukan pemberontakan di Blitar, itu menyulut semangat Hardo untuk melakukan pemberontakan juga, sayangnya gagal.

Percakapan Hardo di gubuk
Setelah bertemu dengan ayah Ningsih, Hardo berjalan menuju perkampungan. Namun ia akhirnya berhenti di gubuk di sawah ayahnya. Ia berniat beristirahat. Kemudian sang ayah datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline