Tak ada yang berhasil mencuri keyakinanku
seperti caramu meletakkan punggung di bahuku.
Cermin itu berjalan melata, tunjukkan wajah kita.
Tentang tatap,
tentang rasa yang bisa jadi berubah biru dan terpantul sedemikian rupa,
hingga menjadi secerah hari ini.
Mereka, yang mungkin kekasihmu,
yang bumbui perjalanan kita dengan racauan keji dari mulut dan jarinya antarkan kita pada puncak ubun-ubun.
Kita seolah melihat mereka terluka meski tak diminta.
Mereka pikir hujan dan badai kan hentikan tawa,
nyatanya dalam riuhnya basah kita bisa bermain,