Sumber: IMDb
Film Budi Pekerti sebenarnya telah tayang perdana pada tanggal 9 september dalam Festival Film Internasional Toronto, Kanada. Festival film tersebut adalah ajang penghargaan untuk perfilman yang diadakan setiap tahunnya. Bukan hanya itu film ini juga menjadi pembuka dalam ajang penghargaan acara Jakarta Film Week 2023 yang diadakan secara offline dan online.
Film Budi Pekerti yang disutradarai serta ditulis oleh Wregas Bhanuteja ini mengangkat isu cyberbullying yang terinspirasi dari kisah viral seorang guru yang semoat viral di sosial media. wregas Bhanuteja ingin mengeksplor apa saja pengaruh media sosial terkait persepsi public terhadap seseorang. Sedangkan mereka tidak mengerti atau mengetahui kisah yang sebenarnya terjadi. Film Budi Pekerti mengangkat isu tentang cyberbullying yang Tengah meningkat di Indonesia.
Film Budi Pekerti ini adalah sebuah film yang mengangkat tema pentingnya nilai-nilai moral dan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Cerita berfokus pada seorang guru bernama Ibu Prani, yang tiba di sebuah sekolah pedesaan dengan misi besar untuk membimbing siswa-siswa dalam memahami dan menerapkan budi pekerti yang baik. Film ini menceritakan tentang seorang guru Bimbingan Konseling (BK), yaitu bu Prani (ine Febriyanti), yang mendadak viral di Media sosial. Ia berselisih paham dengan salah satu pengunjung dalam antrian membeli kue Putu yang tanpa disadari ada seseorang yang merekam kejadian tersebut namun menimbulkan persepsi yang tidak sesuai dengan realitanya. Di video yang viral tersebut bu prani terlihat berselisih dan menunjukkan sikap yang kurang pantas dengan si penjual Putu tersebut. Alhasil video tersebut mengundang respon negative dari netizen. Sikap bu prani dalam video yang diunggah tersebut dinilai kurang etis untuk dilakukan karena tidak mencerminkan pribadi sosok seorang guru. Atas kejadian dan viralnya video tersebut bu prani terancam uantuk dikeluarkan dari sekolah tempat ia menjalani profesi seorang guru.
Tak hanya tentang karir, permasalahan yang dating pun semakin membludak, keluarga bu Prani pun terkena imbasnya, masing -- masing anaknya mengalami hal-hal negative yaitu Tita (Prilly Latuconsina) yang berprofesi menjalankan bisnis thrift shop dan Muklas (Angga yunanda) sebagai seorang content creator tentang hewan, juga dikecam, dan beberapa komen negative bahkan dicari-cari kesalahan muklas. Atas permasalahan tersebut kedua anak bu Prani akhirnya andil membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami Bu Prani. Mereka juga memastikan ayah mereka yaitu Didit (Dwi Sasono) tidak mengetahuinya dikarenakan didit memiliki gangguan terhadap Kesehatan mentalnya yang diakibatkan seringnya depresi.
Permasalahan yang terjadi di film ini bukan hanya terkait video viralnya bu prani tersebut, masalah karirnya, masalah ekonomi keluarga tersebut yang terdampak karena film tersebut berlatar waktu pada saat Covid-19, hingga perseteruan yang terjadi antara bu Prani dan kedua anaknya. Disisi lain bu Prani mampu memberikan integritasnya sebagai sosok guru yang baik dalam menghadapi murid-muridnya di Tengah citranya yang lagi tidak baik saja. Maka mampukah Bu Prani melalui semua permasalahan yang datang bertubi-tubi tersebut? Serta bagaimana kisah Tita dan Muklas dalam mencari jalan keluar permasalahan ini apakah akan terus berlanjut atau ujung-ujungya melakukan video klarifikasi?
Tidak hanya tentang jalan cerita dari film ini yang dapat menyentuh hati, totalitas actor pemeran dalam film ini juga patut di apresiasi tinggi. Seperti Anngga Yunanda yang mengubah total penampilannya dalam memaksimalkan peran Muklas di Film BUDI PEKERTI ini. Hal yang sangat signifikann adalah Angga Yunanda sampai-sampai mengubah gaya rambutnya dengan mewarnai rambut bagian atasnya dengan warna kepirangan dan tipis disampingnya. Tidak hanya itu dalam pengambilan dan Latihan dialog, pembedahan scenario, angga yunanda tampil dengan luar biasa. Bukan hanya Angga Yunanda yang berperan totalitas di film Budi pekerti ini, ada juga Prilly Latuconsina yang berperan sebagai Tita, yakni anak dari bu prani yang memiliki usaha thrift shop yang selalu memiliki bloopers lucu namun tetap menciptakan manuver kesedihan yang dapat mengajak penonton merasakan kesedihannya.
Film ini menciptakan momen haru dan inspiratif ketika siswa-siswa mulai menerapkan nilai-nilai budi pekerti tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seiring berjalannya waktu, sekolah tersebut berubah menjadi tempat yang penuh semangat, solidaritas, dan kebersamaan. Budi Pekerti bukan hanya sekadar film pendidikan, tetapi juga sebuah cermin bagi masyarakat akan pentingnya pendidikan karakter. Film ini mengajak penonton untuk merenung tentang bagaimana nilai-nilai budi pekerti dapat membentuk pribadi, mempererat hubungan sosial, dan memberikan pondasi yang kuat bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H