Lihat ke Halaman Asli

Jokowi Kalah, Jokowi Terbuang. Foke Kalah, Foke Terbilang

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1347704836584385607

[caption id="attachment_212533" align="aligncenter" width="300" caption="NKRI Harga Mati atau Mati Harga"][/caption] Tidak nyaman melihat salah satu kandidat diserang dengan peluru SARA, dilecehkan secara intelektual dan mendapat perlakuan yang tidak seimbang dari pengadil PilGub DKI 2012 ini. Kampanye terselubung dan sangat intimidatif terus dilancarkan salah satu kubu yang membuat saya bertanya dalam hati : "Bukankah Jakarta ini bagian dari NKRI?. Dan sebagai ibukota negara bukankah Jakarta berhak memperoleh "Pelayan" terbaik dari segala penjuru NKRI?". Miris melihat kubu Jokowi-Ahok sebagai kubu yang memperoleh suara terbanyak dalam PilGub Putaran Pertama justru mendapat serangan yang cenderung membabi-buta, memojokkan dan melecehkan dari kubu lawannya dalam koalisi gajah. Bukankah itu seperti memojokkan dan melecehkan rakyat yang telah memilih Jokowi-Ahok dan telah mendaulat pasangan ini sebagai pemenang PilGub putaran pertama?. Adigum Vox Populi, Vox Dei (yang dalam konteks ini saya tafsirkan sebagai suara resmi terbanyak) menyiratkan bahwa menentang suara rakyat banyak berarti menentang suara Sang Illahi. Kubu Foke-Nara sebagai pihak yang merasa lebih pintar dan lebih berkuasa, seharusnya menyadari akan hal ini. Sebagai pemenang saja Jokowi-Ahok mendapat perlakuan seperti itu, apa lagi jika kalah. Mungkin saja Jokowi-Ahok akan diusir dari Jakarta oleh orang-orang yang merasa Jakarta ini milik mereka dan telah menciptakan anggapan bahwa Jakarta ini bukan bagian dari NKRI dengan segala ke-Bhinneka-annya. Dan bagi Foke-Nara, kalahpun mereka akan tetap terbilang karena tidak akan terusir  dari Jakarta yang mereka cintai, dan mereka akan tetap bisa berbuat sesuatu bagi warga Jakarta. PilGub ini bagi warga Jakarta yang memang cukup cerdas sebenarnya bisa menjadi pembelajaran politik tingkat lanjut, tapi sayangnya yang kita saksikan adalah pelacuran politik pada tingkat germo. Indonesia terwujud sebagai bangsa karena adanya kesadaran akan persatuan, dan terwujud sebagai negara karena adanya tindakan persatuan yang mengenyampingkan segala perbedaan. Dan seharusnya segala tindakan yang dapat mengancam persatuan antar anak bangsa yang berdasarkan pengakuan atas ke-Bhinneka-an dapat digolongkan sebagai tindakan subversi. Salam PERSATUAN




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline