Lihat ke Halaman Asli

Utin Diana Permata Sari

Universitas Tanjungpura

Mengupas Realitas Hidup Dan Harapan Sebuah Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Dengan Bantuan Sosial

Diperbarui: 15 April 2024   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Milik Pribadi

Pada tanggal 02 Maret 2024, telat dilakukan wawancara dan observasi Di Desa Parit Mayor, terdapat sebuah keluarga Ibu Agus dikenal sebagai Bu Agus, yang sekarang sudah berusia 32 tahun. 

Tinggal bersama keluarga kecilnya di sebuah rumah yang sedang di pinggiran jalan desa Parit Mayor, Bu Agus di rumahnya berjualan kecil-kecilan untuk menambah penghasilan dan suami Bu Agus Bekerja sebagai supir tanki air yang tidak menentu kapan berangkat dan pulangnya. Riwayat pendidikan Bu Agus yaitu sekolah menengah ke atas atau SMA.

Bu Agus memiliki tiga orang anak yang masih kecil-kecil dan Bu Agus memiliki warung kecil di depan rumahnya yang bertujuan untuk menambah penghasilan. 

Keseharian Bu Agus yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menanak nasi di dapurnya, mengantarkan dan menjemput anak-anaknya ke sekolah dan merapikan dagangannya yang berada didepan rumahnya.

Sejak masa covid sampai sekarang Bu Agus sedang menerima Bantuan Sosial (BanSos) dalam bentuk PKH (Program Keluarga Harapan) untuk anak-anaknya yaitu sejumlah uang yang diberikan setiap 2 bualn sekali sebesar Rp. 125.000 (seratus dua puluh lima ribu rupiah) dan BPNT (Bantuan Pangan Non- Tunai) yaitu bantuan berupa Beras di tahun-tahun sebelumnya tetapi ditahun ini diubah menjadi uang tunai sebesar Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) Per 2 bulan diterima oleh Bu Agus  untuk kebutuhan sehari-hari.

(Dokumentasi Pribadi)

Dengan bantuan tersebut, Bu Agus berkata “sejak mendapat bantuan sosial ini sangatlah membantu saya dan keluarga untuk masalah ekonomi kami, dikarenakan biaya sekolah dan harga bahan pangan pokok yang semakin menaik sekarang”.

Rumah Bu Agus berukuran panjang 8 meter, lebar 25 meter dengan luas tanah yang sama dengan luas rumahnya dengan status rumah bukan milik sendiri. Dinding rumah Bu Agus terbuat dari tembok serta lantai rumahnya terbuat dari keramik. Rumah tersebut hanya memiliki dua ruangan saja yaitu kamar Bu Agus dan suami, dan ruangan kedua kamar untuk anak-anaknya.

Sumber air minum Bu Agus untuk sehari-hari yaitu air PAM dengan sumber air untuk mandi itu dari air PAM juga  atau Ledeng, bahan bakar beliau menggunakan kompor gas selain itu untuk penerangan dirumah Bu Agus menggunakan lampu listrik dengan daya listrik 1.300 VA.

Bu Agus dan suami biasanya berobat langsung ke dokter, Selain bantuan diatas terdapat juga pemeriksaan kesehatan untuk anak-anaknya yaitu tiga orang anak yang anak pertama kelas 1 SD, anak kedua kelas 1 TK dan yang terakhri masih berumur 4,5 tahun di gang tersebut memiliki bantuan dari pemerintah untuk warga yang memiliki anak masih kecil berupa pengecekan satu bulan sekali dipuskesmas dan pemberian vaksin terhadap anak-anak. terdekat secara rutin dan gratis, tidak hanya itu saja ada juga untuk lansia dan ibu hamil juga terdapat bantuan pengecekan kesehatan secara gratis.

Meskipun hidup di desa yang padat, Bu Agus sekeluarga merasa bahagia dengan kehidupannya. Dia merasa diberkahi dengan bantuan sosial dan perhatian yang diberikan kepada keluarganya dan anak-anaknya. Suasana lingkungan disekitar rumah Bu Agus Keadaan lingkungan sekitar tidak tampak kumuh dan masih terlihat bersih dan memiliki tetangga yang sangat peduli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline