Lihat ke Halaman Asli

utie adnu

blogger

Perkembangan Transformasi Digital di Indonesia

Diperbarui: 20 Desember 2019   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto pribadi

Sudah tidak dipungkiri sekarang Indonesia bergerak kea rah dgital, hampir secara keseluruhan beberapa sektor sudah berbasis ke arah digitalisasi. Bahkan  Indonesia saat ini berada pada posisi tren perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara yang pertumbuhannya terus meningkat setiap tahun. Dan diprediksi  pada tahun 2-25 ekonomi digital Indonesia tumbuh empat kali lipat.

Lalu yang jadi pertanyaan apakah Indonesia telah siap dengan semua itu, baik dari segi SDM, teknis apakah tranformasi digital akan untung atau buntung. Bagaimana peran manusianya , karena dibalik kemudahan itu ada tantanngan besar yang harus dihadapi ujar Bpk. Iskandar Simorangkir selaku Ketua Sekretariat DNKI (Dewan Nasional Keuangan Inklusif). Diacara Forum FMB 9 di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2019. Selain Bpk Iskandar hadir juga beberapa pembicara yaitu :

  1. Kennedy Simanjuntak  Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas,
  2. Satrio Laleno Dirjen Binalattas Kemnaker,
  3. Bari Arjono, Founder & CEO Digital Enteprise Indonesia sebagai pelaku ekonomi digital
  4. Darmaningtyas selaku pengamat pendidikan

Menurut Bpk Kennedy Simanjuntak . "Sudah beberapa tahun ini pemerintah melakukan transformasi digital di sejumlah bidang. Pertama dengan menggelar pemerintahan yang berbasis elektronik. Melalui pemerintahan berbasis elektronik, terjadi efisiensi dan efektivitas kerja ASN. Yakni, sambung dia, dengan menggunakan waktu yang optimal untuk kegiatan yang menambah nilai (value added activities). Lalu, lebih fleksibel untuk membentuk tim, sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan sehingga keputusan yang dihasilkan lebih maksimal.

Selain itu, Bpk Kennedy mengatakan, pemerintah juga mengembangkan satu data dan big data. Diharapkan dari itu, sambung dia, terjadi peningkatan produktivitas sebab dengan sistem dashboard dan sharing file/sharing data untuk mengurangi silo dan meningkat kualitas keluaran yang dihasilkan. Hal lainnya, adalah perubahan paradigma kerja di aparatur sipil. "Di Bappenas sendiri kami mulai memberlakukan hal itu melalui bappenas.go.id.  Kalangan milenial di Bappenas senang dengan hal ini tapi yang lebih senior memang butuh penyesuaian," tuturnya.

Kemudian menurut Bpk Darmaningtyas, "Harus dicatat pula bahwa digitalisasi itu hanya piranti. Justru cara berpikir manusia itu yang harus disiapkan di era ekonomi digital ini . Bangsa ini akan berkelanjutan dan kuat bila mampu memenuhi kebutuhan yg fundamental tadi. Jadi masih banyak talenta anak bangsa yamg dapat dikembangkan asalkan kita mau menjawab kebutuhan yg fundamental,"

Juga menurutnya, ada dua masalah yang terjadi yaitu kesenjangan antar  wilayah dan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Kesenjangan antar wilayah itu adalah ketersediaan infrastruktur antar wilayah yg dapat mendukung transformasi digital berbeda-beda, sehingga mustahil dilakukan transformasi digitalisasi secara nasional. Lalu potensi SDA (sumberdaya alam) dan SDM (sumberdaya manusia) maupun ketersediaan infrastruktur pendukung perlu menjadi basis pembuatan kebijakan pendidikan. Jawa, sebagian Sumatra, Bali, dan sebagian Sulawesi mungkin infrastrukturnya mendukung untuk memasuki transformasi digitalisasi, tapi yang lain belum tentu," jelasnya.

foto pribadi

Sedangkan masalah kesenjangan sosial antar lapisan masyarakat terjadi di semua wilayah, termasuk di perkotaan. Sehingga kebijakan pendidikan dalam satu wilayah pun tidak bisa sama.  Karena itu ada catatan penting yang harus dijawab oleh para pembuat kebijakan, yaitu kebijakan pendidikan nasional tidak bisa seragam/tunggal di seluruh wilayah, tetap merujuk pada potensi mereka masing-masing.

Lalu ada peningkatan keterampilan SDM hanya akan tepat sasaran dan menghasilkan SDM yang produktif bila mempertimbangan kondisi geografis setiap wilayah dan perbedaan lapisan sosial tersebut. Selanjutnya pada wilayah-wilayah yang infrastruktur transportasi dan telekomunikasinya (termasuk pasokan listriknya) masih terkendala, tidak bisa dilakukan trasnformasi digitalisasi secara massif. Demikian pula pada lapisan sosial yang masuk kategori kelompok sosial bawah, digitalisasi proses pembelajaran bisa jadi beban pada mereka," pungkas Darmingtyas.

Dan menurut Bpk Bari tranformasi Digital itu harus menguntungkan bagi manusia,  jangan sampai kita stagnan. Ekonomi digital ini harus jadi penyelamat , siap tidak siap kita harus bekerja keras . Tidak mungkin kita kembali ke zaman dulu lagi.

So,,, Semoga perkembangan tranformasi digital Indonesia ini semakin membuat Indonesia lebih maju dan kedepan nantinya diharapkan mandiri dalam bidang perekonomian untuk seluruh masyarakat Indonesia.

utieadnu.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline