Lihat ke Halaman Asli

Catokan Favorit Saras #8

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seusai mandi, dua manusia cantik itu kongkow berdua di meja makan, Saras dengan kimono handuknya dan Sara dengan baju putih panjang katun tanpa mengenakan bawahan. Saras meminum susu coklat yang baru saja dibuatkan oleh mamanya.
"Huffft-huffft" ia meniup permukaan susu coklat itu agar bisa diminum.
Lampu bohlam cadangan di meja makan yang redup oleh meledaknya bohlam normalnya baru baru ini, terlihat lebih redup dari lampu yang ada di wastafel yang ada di punggung saras. Mamanya duduk berhadapan dengan dia. Terlihat seram silhoutte rambut anaknya oleh lampu wastafel terpampang di meja makan. Sempat Sara terlihat kaget melihat kruwel itu. Sebuah sosok yang sungguh kribo. Tetapi ia menjadi tenang kembali begitu ia menyadari bahwa itu hanya bayangan kepala anaknya.

"Ma, aku ga ngerti tentang cowo, mau mereka apa sih?"
"Mau mereka bagaimana? mereka juga manusia, sama aja Sar.."
"Aku..."
"Kamu kenapa?" tanya mama Saras
"Aku..."
"Bayi gurita?"
"Ih mama serius dong!, ajari aku tentang cinta ma.."
"Cinta? hmmmmm" Mamanya mengambil nafas panjang.
"Ajari aku tentang cinta ma!" ucap Saras sekali lagi, sambil merapatkan dagunya diatas meja, layaknya sebuah hidangan lucu.
"Gini deh, Manusia itu, bertindak dari hati dan pikiran, kalau cinta, bukan dari kedua-duanya nak."
"Jadi dari mana mams? Kok kayak magic?"
"Ayo ikut mama sebentar.."
"Okee!" Saras mengikuti mamanya keluar.

Mama Saras mengajak anaknya  ke beranda. Bintang gemerlapan sedang menguasai langit. Oleh karena tempat mereka itu adalah kota kecil, kilau bintang tidak terganggu oleh silau sinar palsu di bumi.
"Sini kamu..." mama Sara mendekap anaknya. Keduanya berdiri menatap bintang.
"Kamu lihat itu?" Lanjut Sara.
"Bagus banget ya mams" Saras menyenderkan kepalanya di pundak mamanya yang kini telah kalah tinggi darinya.
"Kamu bisa merasakan indahnya bukan?"
"Bisa mams"
"Nah, cinta itu, lebih dari ini semua, powernya besar sekali, bisa mati atau hidup kamu dibuatnya."
"Aku pingin jatuh cinta..." Seru Saras pelan.
Dan seraya bibir munggilnya bergetar, sebuah bintang jatuh menoreh kilau panjangnya di langit.
"Keinginanmu akan terkabul nak, lihat bintang jatuh itu." Sara mendekap anaknya lebih erat.
Saras tersenyum dalam dekapan hangat mamanya.
Kodokpun bernyanyi, mengikuti derik kumbang.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline