Lihat ke Halaman Asli

Kerjaku Tidak Seberapa Tapi Aku Luar Biasa

Diperbarui: 7 Desember 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Icok (10thn) & Reihan (9thn) kakak adik yang membanggakan 

Sebagian besar anak-anak menghabiskan waktunya dengan asik bermain, bersenang-senang serta belajar dengan teman sebayanya. Namun tidak berlaku untuk segelintir anak yang dituntut harus mencari uang di usianya yang masih sangat muda. Satu diantara segelintir anak itu adalah Icok dan Reihan, dua pedagang cilik yang mencari uang dengan berdagang berkeliling menjajakan kerupuk peyek. 

Terdengar suara kresek plastic di jalan yang ribut, menampakkan dua anak kecil. Dengan keringat membasahi wajah kecilnya. Suara mungil nya yang berteriak sampai orang meliriknya. Berjalan dengan kaki kecil dari tempat ke tempat.

Sejak pagi menyingsing, Pukul 07.00 WIB Icok dan Raihan dengan penuh semangat berjalan dari pasar baru sampai pantai Manakkara berkeliling masuk kampung keluar kampung. Menempuh perjalanan sejauh 2,8km dengan berjalan kaki untuk menjajakan dagangannya. Lelah sudah pasti terpatri di wajah kedua bocah cilik ini, namun tidak pernah sekalipun keluar kata mengeluh dari keduanya.

Meskipun hanyala pekerjaan kecil, Icok dan Reihan tidak berkecil hati. Pedagang cilik kelahiran Mamuju ini setiap harinya mendapatkan sejumlah uang yang cukup dari hasil jualannya. Keduanya mengaku, dalam satu hari mereka dapat mengumpulkan uang berkisan lima puluh ribu  rupiah. Mungkin bukan jumlah yang besar bagi sebagaian orang, namun baik Icok maupun Reihan keduanya selalu mengucap rasa syukur ketika dagangannya laku. Mereka selalu menganggap bahwa “Membantu orangtua dapat meringkan masalah ekonomi keluarga”,. Dengan harapan usaha yang mereka lakukan saat ini, paling tidak dapat membantu kondisi ekonomi keluarga.

Icok dan Reihan adalah dua kaka beradik, dengan latar belakang keluarga yang sudah tidak lengkap. Saat ini keduanya tinggal hanya dengan Ibu mereka yang bekerja sebagai buruh cuci harian. Saat malam, Icok dan Reihan biasanya menghabiskan waktu dengan belajar. Meskipun keduanya sudah putus sekolah, tapi masih ada rasa semangat belajar diantara keduanya. Mereka biasa mengerjakan soal baca, tulis dan hitung yang kerap dibelikan Ibunya. Icok dan Reihan tentu sangat ingin mengenyam bangku sekolah, namun sangat disayangkan kondisi ekonomi keluarga tidak mendukung keinginannya. Tentu, sangat besar harapan mereka untuk dapat kembali mengenyam pendidikan di masa mendatang. Dua bocah kecil ini terbiasa tidur setelah selesai mengerjakan beberapa soal, tepatnya sekitar pukul 21.00-22.00 malam.

Hidup serba kekurangan tidak menjadi alasan Icok dan Reihan untuk mengeluh dan beerpasrah pada keadaan. Keduanya memilih berjualan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang menjadi alasan lain adalah karena mereka mengaggap, untuk saat ini tidak ada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikan mereka. Melihat latar belakang kondisi ekonomi keluarga yang bisa dibilang tidak benar-benar berkecukupan, sekali lagi Icok dan Reihan tetap bersyukur. Di masa-masa sulitnya ini, Icok dan Reihan masih dapat tersenyum.

Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal tersebut juga dialami Icok dan Reihan. Berbagai cobaan mereka lalui selama menjajakan dagangannya dijalan-jalan. Dari urusan cuaca hingga tata tertib di Ibu Kota. Jika berbicara soal cuaca, kondisi cuaca yang tidak bagus tentu menganggu jadwal berjualan. Bila cuaca hujan ekstrem, keduanya memilih untuk tetap dirumah dan tidak berjualan. Hal tersebut artinya menandakan bahwa tidak ada pemasukan di hari itu. Icok dan Reihan harus lebih irit dalam hal mengeluarkan uang. di hari-hari itu pula keduanya harus makan seadanya. Saat menjajakan dagangannya di jalan, dua pedagang cilik ini juga tidak luput dari penertiban yang kerap dilakukan Pemda. Banyak daerah di Ibu kota yang menerapkan tata tertib yang tidak ramah pada pedagang kaki limia. Faktor inilah yang paling sering berpengaruh pada hasil penjualan Icok dan Reihan. Icok mengatakan bahwa “kadang saya kesulitan berjualan seperti ini, biasa di usir karena menganggu dan melanggar ketertiban katanya”.

Pandangan tidak suka dari banyak orang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Icok dan Reihan. Tidak tahu alasan jelas, kenapa masih banyak orang seolah menatap rendah kearah mereka. Namun hal ini bukan masalah berarti. Keduanya tidak benar-benar peduli dengan pendapat sekitar. Hanya prinsip sederhana yang mereka pegang “ga masalah keliatan kotor-kotoran, yang penting kerjaannya halal,” kata Reihan.

Setiap manusia pasti memiliki harapan untuk masa mendatang tidak terkecuali dua bocah kecil ini. Meski saat ini, hanya berdagang kerupuk peyek, Icok dan Reihan memiliki cita-cita yang ingin mereka capai. Icok sangat kagum melihat polisi yang sering berjaga di jalan-jalan Ibu kota. “Seragamnya keren,” alasan sederhana Icok yang sangat bercita-cita ingin menjadi polisi. Meski selalu hidup berdua sejak kecil, Reihan justru memiliki cita-cita yang jauh berbeda dengan Icok. Reihan sangat ingin menjadi pengusaha. Ia berharap, suatu saat nanti dapat tetap berjualan tanpa harus menjajakan dagangannya secara keliling. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline