"Bu, bangunan ini bentuk atapnya apa?" tanya Pak Dio sambil memperlihatkan foto pengindelan yang ada di Kota Serang.
Bangunan ini memang berbeda, bentuk atapnya seperti bagian bawah perahu yang dibalik.
Saya tidak langsung menjawab, tetapi membaca jenis-jenis atap yang tertulis di borang. Tidak ada pilihan untuk atap berbentuk seperti setengah lingkaran. Pilihannya atap tumpang, atap pelana, kotak, dan lainnya. Dari pilihan tersebut kami bersepakat atap pengindelan tergolong dalam bentuk lainnya.
Perihal bentuk atap, saya jadi ingat pada kegiatan kuliah terbuka yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Diskusi itu membahas beragam perubahan atap masjid di Indonesia.
Bentuk masjid yang paling lekat pada ingatan adalah atap tumpang. Masjid dengan bentuk atap tumpang yang paling lekat diingatakan adalah masjid Pancasila. Masjid ini dibangun di berbagai kota dan desa. Bentuknya seragam dengan tiga atap yang saling bertumpuk sehingga mudah dikenali.
Dahulu saya tidak pernah berpikir tentang desain masjid Pancasila. Kala itu saya berpikir, seperti itulah bangunan masjid dibuat. Ternyata anggapan masa kecil saya keliru.
Masjid-masjid kuno di Indonesia dibangun dengan memerhatikan kearifan lokal setempat. Bentuk bangunannya menyesuaikan dengan desain pembuatan rumah atau bangunan di tempatnya berada. Begitu juga dengan materialnya.
Sebutlah masjid kuno Bayan Beleq di Lombok. Dinding masjid yang diperkirakan berusia 300 tahun ini menggunakan anyaman bambu dengan atap rumbia. Atap dari daun rumpia ini disusun sedemikian rupa dengan sudut kemiringan yang tajam agar air hujan mudah mengalir.
Saya juga pernah berkunjung ke Tapin, Kalimantan Selatan. Di sana ada masjid Al-Mukaramah, masjid kuno yang masih terjaga dengan baik. Masjid Banua Halat ini juga memiliki atap tumpang. Atap tumpang paling atas bentuknya ramping dan lancip. Hingga kini masjid Al-Mukarammah masih berfungsi dengan baik.
Selain memiliki atap tumpang, ada pula masjid dengan atap berbentuk kubah. Masjid Menara Kudus tersebut tidak lagi menggunakan atap tumpang tetapi berbentuk kubah. Perubahan tersebut ternyata diadaptasi oleh masjid-masjid lain sehingga membuat kubah identik dengan masjid.