Lihat ke Halaman Asli

Utari ninghadiyati

Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Gemblong atau Uli atau Jadah

Diperbarui: 30 Juli 2024   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemblong atau jadah (dok. Pribadi)

Menjelang tengah hari, saat istirahat tiba, suasana di pantry kantor menjadi lebih ramai. Siang itu kami sepakat untuk masak bersama. Menu yang akan dibuat adalah sayur asam, tempe goreng tepung, telur dadar, tumis cabai ikan tongkol, dan tidak ketinggalan sambal terasi plus kerupuk rambak.

Dua orang teman bertugas untuk berbelanja di warung sayur. Mereka dibekali uang dan daftar belanja agar tidak lupa. Seorang lagi sudah sibuk memasak nasi dengan menggunakan alat penanak nasi. Sambil menunggu, kami semua melanjutkan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Oh ya kegiatan masak bersama termasuk sering dilakukan. Apalagi kalau kami tahu ada salah seorang teman yang ingin makan sesuatu seperti tempe goreng tepung atau ayam kecap. Maka dengan senang hati kami semua akan memasak bersama. Ada alasan lain sih dari kegiatan masak-masak ini yaitu menghemat pengeluaran untuk membeli makan siang. Plus membuat hubungan pertamanan menjadi dekat.

Ketika teman yang berbelanja datang, tanpa dikomando semua berkumpul di dapur. Ada yang mengambil alih cabai dan sibuk membuang tangkainya. Ada yang berurusan dengan duri-duri ikan tongkol cuek supaya tidak repot saat di makan. Seorang teman langsung menyibukan diri dengan mengiris tempe agar tidak terlalu tebal. Mereka yang tidak kebagian bahan untuk diolah menjadi penggembira dan penyemangat agar masakan segera matang.

Namanya menunggu, tentu menguji rasa sabar. Apalagi menunggu masakan matang itu jauh lebih menggelisahkan. Saat itu seorang teman tiba-tiba berdiri dan mengambil tas jinjing. Dikeluarkan sesuatu yang terbungkus daun pisang.

Ada yang mau gemblong? tawarnya.

Tentu saja pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban. Kami semua dengan senang hati menikmati makanan yang ditawarkan.

Tetapi tunggu dulu, kenapa gemblong harus terbungkus daun pisang? pikir saya. Biasanya panganan itu dibungkus plastik atau mika sehingga gula pelapisnya tetap terjaga dengan baik.

Teman yang membawa gemblong tersebut lantas mengambil piring dan sendok. Sendok?

Lapisan daun lalu dibuka dan tampaklah gemblong berwarna putih. Gemblong ini lalu dipotong-potong menggunakan sendok. Melihat penampilannya kontan saya tertawa, ya ini sih bukan gemblong. Makanan ini saya kenal sebagai uli. Teman yang berasal dari Jawa Tengah menyebutnya dengan jadah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline