Lihat ke Halaman Asli

Utari ninghadiyati

Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Mati Gaya Tanpa Hobi

Diperbarui: 19 Juli 2024   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rajutan untuk penyintas CA payudara (dok. Pribadi)

Apa mungkin seseorang tidak memiliki hobi? Bisa, iya. Bisa juga tidak. Menurut saya, orang yang merasa tidak memiliki hobi, mungkin karena belum menemukannya saja. Bisa jadi kegiatan yang sering dilakukan adalah hobinya. Namun karena kerap melakukannya menjadi ia merasa kegiatan itu sudah menjadi bagian kesehariannya.

Saat ini bukan hal yang aneh jika hobi bisa menjadi sumber pendapatan. Baik pendapatan sampingan maupun utama. Coba tengok kisah seorang perempuan yang membuka usaha jastip foto di puncak gunung. Siapa sangka kalau saat ini peminat jastipnya cukup banyak. Mau jastip foto pemandangan, barang, atau mendokumentasikan foto diri di punvak gunung, akan dilayani dengan senang hati. Hasilnya, hobi naik gunung pun berujung cuan.

Hm, saya juga merasakan hal yang sama. Memanfaatkan hobi menjadi tambhan pendapatan. Memang beda jalur alias pilihan, saya tidak naik gunung melainkan membuat kerajinan tangan yaitu merajut. Semula, merajut hanya untuk kesenangan sendiri. Gembira rasanya saat sebuah boneka selesai dibuat, lalu baju, dan topi sertas tas. Barang-barang itu digunakan oleh anak dan keluarga.

Baru beberapa tahun belakangan, kegiatan merajut sudah bersifat komersial. Saya menerima pesanan berbagai rajutan. Dari boneka, rompi, hingga tas tapestri. Tas itu bahkan ada yang sudah melanglang ke Singapura. Sebagai pembuat tentu saja saya senang.

Memang proses pembuatan rajutan tidak bisa sebentar. Semakin besar dan rumit benda yang dibuat maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Saya senang-senang saja membuatnya karena di saat bersamaan otak menjadi terlayih. Otot tangan pun ikut terlatih. Mata pun dapat beristirahat dari aktivitas melihat telepon gengam.

Meski telah memberikan hasil, hobi merajut juga bisa memberi saya kesempatan berbuat baik. Jenisnya temtu berkaitan dengan pembuatan barang untuk orang lain dan hal ini membuat saya gembira.

Sayangnya, hampir dua bulan ini saya belum bisa merajut lagi. Tinggal di dua tempat berbeda membuat saya harus bolak-balik mengurus rumah dan pekerjaan. Akhirnya untuk sementara kegiatan merajut tertunda. Saya merasa mati gaya. 

Di pikiran mulai menari berbagai bemda dari rajutan. Ah, mungkin membuat boneka rajut dengan benang besar bisa jadi pilihan. Waktu pengerjaan tentu tidak selama membuat sebuah tas. Tentu saja memiliki nilai kegembiraan juga, untuk saya dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline