Lihat ke Halaman Asli

Utari ninghadiyati

Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Dongeng Pertamaku

Diperbarui: 27 Desember 2023   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penghargaan Paudpedia pertamaku (dok. Pribadi).

Jangan pernah takut untuk mencoba karena kita tidak pernah tahu kemampuan yang tersimpan.

Ketika membaca pengumuman di media sosial tentang lomba mendongeng sebenarnya hati saya sudah tergerak untuk mencoba ikut serta tetapi ragu. Alasan terkuat karena belum pernah mendongeng meski ketika kecil kerap mendengarkan dongeng. 

Ketika pengumuman kembali terpajang yang isinya adalah masa perpanjangan pendaftaran, saya menguatkan diri dan meyakinkan diri buat ikut lomba. Tidak apa mencoba sesuatu yang baru, bagaimana nanti hasilnya biarkan saja. Pokoknya maju dulu.

Pelan-pelan saya pelajari ketentuan lomba. Rupanya dongeng harus karya sendiri dengan tema yang telah ditentukan. Tema tersebut harus mengandung salah satu dari nilai karakter Pancasila yaitu, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri.

Nilai karakter yang menarik perhatian saya adalah kebhinekaan global. Seperti apa dan bagaimana menerapkannya dalam cerita bagi anak-anak usia dini. Dari berbagai informasi yang saya baca akhirnya bulat membuat cerita dengan nilai karakter tersebut.

Idenya berasal dari Perayaan Hari Galungan yang saya lihat di Pura Jagatnatha di Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru. Cerita dibuat dengan tokoh utama seorang anak perempuan yang berteman dengan dua anak laki-laki. Kemarau menyebabkan bunga-bunga layu karena air sumur mengering. Bunga-bunga tersebut dibutuhkan untuk kegiatan di Pura. Berkat kerjslasama dan bantuan teman-temannya, anak perempuan itu berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.

Cerita sudah dibuat. Kini saya memasuki tahap selanjutnya mendongeng. Walau kegiatan ini tidak dilakukan dihadapan anak-anak tapi rasanya menantang sekali.

Pertama saya mencoba membaca naskah begitu saja, sama persis dengan cerita yang saya buat. Hasilnya terasa aneh. Siapa yang akan tertarik melihatnya. Akhirnya belajar cara mendongeng secara kilat melalui internet.

Melihat video-video dongeng, saya takjub sendiri. Bagaimana para pendongeng mampu membawakan cerita, memberi efek suara, dan memainkan properti atau alat tambahan dengan baik. Saya tentu belum bisa memainkan suara. Setidaknya saya bisa mengatur intonasinya.

Bagaimana dengan properti yang digunakan? Tidak ada boneka. Hanya ada bunga-bunga rajut aneka warna. Kenapa tidak dimanfaatkan saja, bunga-bunga ini bisa menempel di jari dengan bantuan lem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline