Lihat ke Halaman Asli

Utari ninghadiyati

Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Latto-Latto dan Kenangan tentang Ayah

Diperbarui: 1 Februari 2023   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latto-latto dan kenangan akan Ayah (dok: pribadi)

Tak-tak, suara mainan terdengar dari lapangan. Suaranya cukup keras hingga menarik perhatian. Rasa ingin tahu membuat saya keluar untuk mencari tahu.

Di lapangan depan terlihat beberapa anak berkumpul. Seorang anak terlihat tengah memainkan sesuatu. Kala itu, permainan yang mengeluarkan suara tak-tak belum setenar sekarang.

Tak heran kalau anak-anak menaruh perhatian. Saya juga tertarik untuk mencari tahu. Bunyi tak-tak itu memicu kenangan pada Ayah. 

Ayah dan latto-latto

Ketika memerhatikan permainan yang anak-anak mainkan, saya langsunh merasa sangat akrab. Dulu ayah memainkan permainan itu. Saya lupa nama permainan jadul itu.

Namun latto-latto yang Ayah mainkan bentuknya berbeda dengan latto-latto yang anak-anak mainkan. Mainan jadul Ayah memiliki gagang. 

Gagang ini seperti terdiri dari dua bagian. Bagian atas untuk mengaitkan bola yang terbuat dari plastik keras. Kaitannya terbuat dari bahan plastik tebal. Bagian lainnya merupakan pegangan.

Sementara latto-latto yang dimainkan tidak memiliki gagang. Bola plastik tebal itu disatukan dengan benang plastik. Benang ini diselipkan di antara jari. Barulah mainkan dimainkan dengan cara digerakkan.

Belajar Koordinasi

Dahulu, Ayah memainkan latto-latto untuk berlatih koordinasi. Setelah terserang stroke, Ayah kesulitan menggerakan tangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline