Tak-tak, suara mainan terdengar dari lapangan. Suaranya cukup keras hingga menarik perhatian. Rasa ingin tahu membuat saya keluar untuk mencari tahu.
Di lapangan depan terlihat beberapa anak berkumpul. Seorang anak terlihat tengah memainkan sesuatu. Kala itu, permainan yang mengeluarkan suara tak-tak belum setenar sekarang.
Tak heran kalau anak-anak menaruh perhatian. Saya juga tertarik untuk mencari tahu. Bunyi tak-tak itu memicu kenangan pada Ayah.
Ayah dan latto-latto
Ketika memerhatikan permainan yang anak-anak mainkan, saya langsunh merasa sangat akrab. Dulu ayah memainkan permainan itu. Saya lupa nama permainan jadul itu.
Namun latto-latto yang Ayah mainkan bentuknya berbeda dengan latto-latto yang anak-anak mainkan. Mainan jadul Ayah memiliki gagang.
Gagang ini seperti terdiri dari dua bagian. Bagian atas untuk mengaitkan bola yang terbuat dari plastik keras. Kaitannya terbuat dari bahan plastik tebal. Bagian lainnya merupakan pegangan.
Sementara latto-latto yang dimainkan tidak memiliki gagang. Bola plastik tebal itu disatukan dengan benang plastik. Benang ini diselipkan di antara jari. Barulah mainkan dimainkan dengan cara digerakkan.
Belajar Koordinasi
Dahulu, Ayah memainkan latto-latto untuk berlatih koordinasi. Setelah terserang stroke, Ayah kesulitan menggerakan tangan.