Lihat ke Halaman Asli

Review Film: Cheng Cheng Po "Karena Kita Satu Indonesia"

Diperbarui: 18 Januari 2017   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia memiliki banyak orang-orang yang memiliki bakat yang sangat luar biasa. Ada yang berbakat memainkan alat musik, pembuatan produk elektronik, bernyanyi, berakting, membuat film dan lainnya. Sehingga banyak karya-karyanya yang mulai terkenal di Seluruh Indonesia bahkan sampai seluruh dunia. Kita bisa lihat salah satunya di Produksi perfilman, banyak orang-orang yang membuat film pendek yang menyampaikan banyak maksud dan arti di balik film tersebut. Salah satunya Film yang satu ini, yang akan kita Review di Artikel kali ini, yaitu Film pendek Cheng Cheng po.

Film Cheng Cheng po ini merupakan Shortfilm yang memiliki durasi selama 18 menit. Film Pendek yang di sutradarai oleh B.W. Purbanegara ini di dalamnya banyak mengandung sisi moral maupun etika. Dan Film ini juga termasuk Film Terbaik FFI di tahun 2008. Saat ini memang belum banyak film-film yang memiliki makna dari sisi moral dan etika, hingga akhirnya sang Sutradara ini berhasil membuat film yang mengedepankan sisi-sisi yang banyak film tidak memilikinya.

Di dalam film ini adalah kisah persahabatan sekelompok anak dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. Mereka bernama Han, Markus, Tiara, dan Tohir. Di dalamnya ada adegan dimana ada orang tua yang tidak setuju anaknya bergaul dengan orang Tiongkok, Sehingga di dalamnya jelas memperlihatkan beragam suku dan agama yang berbeda, namun mereka tidak menyatu.

Di film ini, diceritakan Han adalah keturunan Tiongkok dan memiliki orang tua yang berjualan bakpao, lalu Markus seorang anak dari Papua, yang ayahnya bekerja di bengkel, Tiara adalah seorang anak yang berasal dari Jawa Perkotaan, dan Tohir pun juga berasal dari keluarga biasa saja. Diceritakan bahwa ada seorang anak yang bernama Han Tidak bisa membayar SPP, dan Markus, Tohir dan Tiara ingin membantunya.

Namun orang tua dan keluarga dari ketiga teman Han ini tidak bisa membantunya, Orang tua Markus dan THohir bukan orang yang kaya, dan keluarga Tiara ini cenderung negatif terhadap etnis lain salah satunya adalah Tiongkok. Namun hingga akhirnya mereka semua menemukan suatu cara untuk mengatasi masalah tersebut, lalu tercetuslah membuat Barongsai. Keempat sahabat ini membuat Barongsai hanya dari barang-barang yang mereka temui.

Setelah dibentuk barongsai sesuai yang mereka bayangkan, mereka membuat pertunjukan barongsai yang dilakukan di dekan tempat Ibu Han Berjualan Bakpao. Penjaga masjid pun ikut turut membantu dengan memberi ketukan dengan bedug, hingga akhirnya tempat bakpao keluarga Han laris dan Han bisa membayar uang sekolah.

Entah saya sangat merasa bahwa film ini patut di tonton, ditambah dengan keadaan Indonesia saat ini. Nice film :)

Link film: https://youtu.be/R-VwT1hBpIE

Rating: 4/5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline