Nusantara. Masyarakat Indonesia bagian manakah yang tidak mengenal Nusantara? Nusantara yang terbagi dari Sabang sampai Merauke adalah bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Setiap pesisir wilayah, tidak memungkinkan tanpa menyimpan segudang warisan leluhur budaya bangsa. Tidak dapat dipungkiri Tembang Dolanan salah satu warisan leluhur budaya bangsa Provinsi Jawa Tengah. Namun seiring berkembangnya zaman, sistem globalisasi yang mulai merebak. Mengenal Tembang Dolanan mulai terkikis dan luntur di kalangan anak muda.
Suatu lagu yang dinyanyikan sambil bermain suatu permainan itulah tembang dolanan. Cublak-cublak suweng, duwe tangan loro, ana tamu, dondhong apa salak dan ilir-ilir. Merupakan salah satu tembang dolanan yang kini mulai meredup di era anak-anak zaman sekarang. Tembang dolanan tidak hanya sebagai lagu anak-anak, tetapi kaya akan makna pendidikan bagi anak. Mengapa tembang dolanan harus luntur di era digital seperti ini? Tembang dolanan, tidak hanya sekadar sebagai gubahan musik atau lagu, namun menambah nilai kebersamaan anak-anak dengan suatu permainan. Coba anda pikirkan dan bayangkan, terdapat sekelompok anak sedang bermain di sebuah taman yang indah, lalu sekelompok anak tersebut sambil menyanyikan tembang dolanan. Salah satunya taman kota, sangat jarang ditemukan sekelompok anak yang sedang bermain bersama, apalagi sambil menyanyikan tembang dolanan. Rasanya sangat berbanding terbalik dengan kehidupan masa kini, yang sangat jarang terlihat anak-anak bermain di luar bahkan untuk sekedar bermain di halaman rumah. Gadget, tugas sekolah yang menumpuk, ditambah lagi masa sekolah daring (Dalam Jaringan). Banyak anak sepulang sekolah harus ikut kursus atau les sana sini, hanya agar anak tidak tertinggal pelajaran dan harapan orang tua yang terlalu tinggi terhadap prestasi. Itulah hal yang menjadi pemicu anak tidak terlalu mengenal tembang dolanan. Lain halnya, jika orang tua terlalu terlalu memanjakan anak dengan hal berbau gadget (gawai) seakan dunia bermain anak tergantikan oleh gawai. Masa kecil bahagia anak bermain bersama teman telah terkikiskan oleh gawai. Hanya karena gawai (gadget), bagi sebagian besar anak lebih menantang dan seru terutama aplikasi GAME pada gawai/gadget/telepon pintar. Kini telah banyak berbagai software permainan digital di media massa. Seakan dunia media massa adalah hal lumrah dan sangat krusial (penting) bagi masyarakat.
Memang pada kenyataannya media massa khususnya dunia digital sangat mempengaruhi masyarakat tidak hanya di Indonesia, namun sampai ke manca negara. Tidak ada salahnya dunia mengenal tembang dolanan, suatu warisan budaya Indonesia. Selain mengenalkan warisan budaya Indonesia, tetapi bangsa Indonesia memiliki nilai tambah berupa kesenian yang patut diapresiasikan dan dikenal oleh seluruh dunia. Jika kita melihat kenyataan di zaman sekarang, seakan masyarakat Indonesia telah melupakan warisan budaya, salah satunya tembang dolanan. Tembang dolanan mengajarkan kita tidak hanya sekedar bermain, namun adanya nilai moral dan pengetahuan, dapat dilihat dari tembang dolanan Duwe Tangan Loro, tembang tersebut memberikan pengetahuan dan mengenalkan anggota tubuh, tidak hanya anak-anak sebagai konsumsi tembang tersebut, tetapi tembang dolanan bisa dikonsumsi oleh kalangan baik muda, remaja ataupun tua. Kita sebagai pendidik/masyarakat/orang tua akan membiarkan tembang dolanan luntur? Kemudian permainan anak tergantikan oleh gawai (gadget) ? Semua tergantung pada apa yang diri kita terapkan kepada anak. Anak merupakan Agent Of Change di masa depan. Namun, bagaimana seorang Agent Of Change tidak mengetahui tembang dolanan di masa depan. Akan dibawa kemanakah warisan budaya bangsa Indonesia khususnya tembang dolanan? Ayo lestarikan tembang dolanan jangan sampai luntur ditelan masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H