Lihat ke Halaman Asli

Pengolahan Limbah Kain Perca

Diperbarui: 8 Desember 2022   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Bukan rahasia lagi industri fashion merupakan salah satu sektor terbesar yang menunjang kemajuan perekonomia,, namun dibalik itu semua industri fashion kerap kali menyumbang limbah yang menimbulkan banyak permaslahan di lingkungan sekitar apabila tidak langsung ditangani.

Kain perca yaitu kain sisa atau limbah dari konveksi, pabrik atau garmen yang memproduksi pakaian, sprei dan lain sebagainya yang menggunakan bahan dasar kain, produksi pakaian yang dilakukan oleh para penjahit atau konveksi yang bergerak dalam pakain jadi. Sehingga menghasilkan banyak limbah kain yang disebut kain perca. Limbah atau sisa kain bisa menjadi busana baru dtangan siswa SMKS  NU 07 Wahid Hsayim Kendal khusunya jurusan TATA BUSANA.

Nayla Najwa Kamila , Vivi Saputri, siswa kelas XII Tata Busana SMKS NU 07 Wahid Hasyim kendal menjelaskan untuk mengisi waktu luang diluar jam pembelajaran dengan melakukan kegiatan positif yaitu mengolah limbah kain perca menjadi suatu barang yang bermanfaat dan layak jual. seperti misalnya kotak pensil kotak tisu taplak meja hingga busana yang layak dipakai. Jenis kain yang biasanya mereka olah antara lain spandek, katun, dan kain flanel.

Dok Pribadi

Lewat kegiatan disekolahan hasil karya anak anak bisa diperkenalkan dan dipublikasikan kerap kali ada beberapa warga yang berminat untuk membeli. Untuk pemasaran diluar kegiatan sekolah belum pernah diperkenalkan.

Meski  demikian, ilmu yang didapat anak anak bisa bermanfaat untuk masa depan , bahkan semasih menjadi siswapun kerap kalibanyk orderan yang menghampiri.  “Saya masuk SMK karena memang ingin jadi wirausaha muda. Punya keahlian dan bisa mengembangkannya sendiri," tutur Nayla Najwa yang bercita-cita menjadi disainer sekaligus pemilik butik ini.

Dengan latar belakang keluarga penjahit dan  bermodalkan sebuah mesin jahit, dan mesin obras, remaja asal Pagerdawung Ringinarum Kedal  ini pun sering mendapatkan orderan  menjahit dari warga sekitar. Meski tak mematok tarif, Nayla Najwa biasanya diberi ongkos Rp 50 ribu untuk satu baju. "Saya gak kasi harga, mereka yang memberikan ongkos seiklasnya. Biasanya dikasi Rp 50 ribu," ungkapnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline